Inflasi di Turki melonjak ke angka 61,14% pada Maret 2022. Angka itu menjadi yang tertinggi selama 20 tahun.
Mengutip dari Reuters, Selasa (5/4/2022) Konflik antara Rusia dan Ukraina disebut menjadi penyebab inflasi di Turki makin tinggi. Pasalnya, harga energi dan komoditas di negara itu menjadi tinggi.
Meskipun sebenarnya inflasi di Turki telah melonjak sejak musim gugur lalu, ketika mata uang negara itu lira merosot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk rincian bukti inflasi di Turki meningkat, pusat statistik Turki mengungkap datanya. Harga konsumen bulan ke bulan naik 5,46%. Angka itu tepat di bawah perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 5,7%.
Sementara inflasi harga konsumen didorong oleh naiknya harga bensin, dan harga pendidikan yang masing-masing naik 13,29% dan 6,55%.
Kemudian, harga transportasi naik 99,12% dan harga makanan dan minuman non-alkohol naik 70,33%. Harga produsen naik 9,19% di bulan Maret, atau 114,97% per tahun.
Meskipun inflasi, tetapi tidak membuat mata uang Turki, lira menguat. Saat ini lira melemah 0,15% menjadi 14,715 terhadap dolar. Mata uang lira sendiri memang telah anjlok terhadap dolar sebanyak 44% pada tahun 2021.
Pendiri Burumcekci Consulting, Haluk Burumcekci, memperkirakan inflasi bisa mencapai 70%-75% bahkan jika lira tidak melemah dari level saat ini.
"Sama sekali tidak mudah bagi CBRT untuk mempertahankan sikap kebijakan moneternya yang longgar," katanya.
Menanggapi kenaikan inflasi yang mencapai rekor, pemerintah Turki meyakini inflasi akan turun ke satu digit tahun depan di bawah program ekonomi baru.
Pemerintah mengatakan akan memprioritaskan suku bunga rendah untuk meningkatkan produksi dan ekspor. Hal itu bertujuan untuk mencapai surplus transaksi berjalan.
(dna/dna)