Asian Development Bank (ADB) menyatakan kenaikan harga komoditas membayangi ekonomi Indonesia. ADB memprediksi angka inflasi di Indonesia pun akan naik menjadi 3,6% tahun ini.
Menurut Ekonom Senior ADB untuk Indonesia Henry Ma inflasi terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan kegiatan ekonomi yang pesat setelah pandemi menurun di Indonesia. Namun, pemicu utama inflasi di Indonesia sebetulnya adalah karena adanya kenaikan harga barang dan komoditas secara global.
"Inflasi meningkat karena adanya kenaikan aktivitas ekonomi dan juga saat ini adanya kenaikan harga komoditas global," ujar Henry Ma dalam dalam konferensi pers virtual Asian Development Outlook 2022, Rabu (6/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Henry, inflasi yang terjadi saat ini bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi dapat merugikan dan di sisi lain dapat menguntungkan Indonesia juga.
Dia mengatakan inflasi jelas akan memberikan dampak yang besar pada rumah tangga rentan di Indonesia. Menurutnya, dari sisi pemerintah pengeluaran subsidi akan makin bertambah.
"Dampak utama inflasi akan memberikan tekanan pada pengeluaran subsidi yang diberikan pemerintah. Karena akan banyak rumah tangga yang rentan terhadap kenaikan harga," papar Henry.
"Dalam situasi fiskal dampak kenaikan harga ini bisa menjadi negatif," katanya.
Henry mengatakan contoh paling nyata kenaikan harga yang terjadi saat ini adalah pada pemenuhan energi. Dia bilang biaya energi pasti akan bertambah, apalagi Indonesia merupakan importir.
"Harga minyak dan gas akan naik. Perlu dicatat juga Indonesia adalah importir selama ini," ujar Henry.
Namun, di sisi lain, Henry mengatakan kenaikan harga saat ini juga dapat memberikan pendapatan tambahan bagi pemerintah Indonesia. Pasalnya, banyak sekali komoditas andalan ekspor Indonesia mengalami kenaikan harga.
"Pemasukan bisa bertambah untuk APBN. Kita tahu harga minyak sawit, batu bara, dan nikel merangkak naik dan saat ini dapat memberikan pemasukan tambahan untuk Indonesia," lanjutnya.
(hal/zlf)