3 Fakta AS Tak Hadir di Pertemuan G20 Jika Ada Rusia

3 Fakta AS Tak Hadir di Pertemuan G20 Jika Ada Rusia

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 07 Apr 2022 20:00 WIB
Janet Yellen dipastikan menjadi menteri keuangan perempuan pertama AS
Foto: BBC World
Jakarta -

Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia semakin panas. Terbaru, AS menyatakan tidak akan menghadiri sejumlah pertemuan G20 jika Rusia ikut berpartisipasi. Berikut faktanya:

1. Pertemuan G20 di Washington

Pernyataan tersebut dilontarkan Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

"Saya telah menjelaskan kepada rekan-rekan saya di Indonesia bahwa kami tidak akan berpartisipasi dalam sejumlah pertemuan jika Rusia ada di sana," kata Yellen kepada anggota parlemen AS dikutip dari Bloomberg, Kamis (7/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang juru bicara Departemen Keuangan kemudian mengatakan komentar Yellen mengacu pada pertemuan para menteri keuangan G20 dan gubernur bank sentral yang dijadwalkan pada 20 April di Washington.

2. Putin Hadir di KTT G20 Bali

Sebelum pernyataan Yellen muncul, Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan menghadiri KTT G20 di Bali pada November 2022. Rencana Putin hadir dalam KTT G20 diumumkan Duta Besar Rusia di Jakarta Lyudmila Georgievna Vorobieva pada Rabu (23/3) lalu.

ADVERTISEMENT

Vorobieva mengumumkan rencana kehadiran Putin di G20 seiring dengan desakan sejumlah negara untuk mengeluarkan Rusia dari kelompok G20 sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.

"Tidak hanya G20, banyak organisasi berusaha untuk mengusir Rusia. Reaksi Barat benar-benar tidak proporsional," kata duta besar Vorobieva dalam konferensi pers pada hari Rabu dikutip dari Reuters.

3. Langkah AS Sinyal Buruk Bagi RI

Pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen tentang pejabat AS tidak akan hadir di sejumlah pertemuan G20 di Washington jika Rusia berpartisipasi, menjadi sinyal buruk bagi Indonesia. Sebab, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 di mana Presiden Rusia Vladimir Putin berencana hadir.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai, sikap AS seolah memberlakukan Indonesia sama dengan Ukraina saat diserang Rusia. Indonesia ditinggalkan sendirian untuk memecahkan masalah.

Seperti halnya Ukraina yang hendak bergabung dengan NATO, Indonesia sebelumnya telah menuruti kemauan AS dan sekutunya untuk berhadapan dengan Rusia.

"Indonesia telah menjadi co sponsor di mana AS menjadi sponsor utama atas Resolusi Majelis Umum PBB untuk mengutuk serangan Rusia. Tentu Indonesia layak dihukum oleh AS dan sekutunya bila suara Indonesia abstain, bahkan menentang Resolusi PBB yang mengutuk Rusia," terangnya kepada detikcom.

Menurutnya, sikap AS seolah tidak berempati dengan posisi Indonesia sebagai tuan rumah G20. Hal ini mengingat Indonesia telah melakukan berbagai persiapan, bahkan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan ditingkat teknis untuk membahas terobosan bagi tumbuhnya perekonomian dunia.

"Semua ini dimatikan karena medan perang antara Rusia dengan AS dan sekutunya telah dipindahkan dari Ukraina ke Indonesia," katanya.

Dia bilang, seharusnya ego AS dan sekutunya terhadap Rusia tidak dilampiaskan ke Indonesia yang sudah berani mengutuk Rusia atas serangannya. Terlebih, Indonesia berisiko untuk kehilangan sahabatnya dan dimasukkan dalam kategori negara-negara yang tidak bersahabat oleh Rusia.

"Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan Rusia yang cukup signifikan mulai dari suku cadang pesawat tempur Shukoi hingga BBM yang telah disuling," imbuhnya.




(acd/das)

Hide Ads