Sri Lanka Dilanda Krisis-Utang Bengkak, Ternyata Ini Biang Keroknya

Sri Lanka Dilanda Krisis-Utang Bengkak, Ternyata Ini Biang Keroknya

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 08 Apr 2022 13:40 WIB
Warga Sri Lanka gelar aksi unjuk rasa imbas krisis ekonomi yang memicu kelangkaan BBM dan pemadaman listrik berkepanjangan. Demo diwarnai aksi bakar bus.
Demo Krisis Ekonomi di Sri Lanka/Foto: REUTERS/DINUKA LIYANAWATTE
Jakarta -

Sri Lanka tengah dilanda krisis ekonomi, energi, hingga politik. Utang negara pun diketahui telah membengkak, sementara cadangan devisa tidak mencukupi untuk menutupi.

Para pengamat mengatakan akar dari krisis yang terburuk dalam beberapa dekade karena pemerintah Sri Lanka sendiri. Pemerintah negara itu disebut tidak becus mengurus perekonomian negara.

Diduga pemerintah yang berturut-turut menyebabkan dan mempertahankan defisit hingga menyebabkan negara kekurangan anggaran di samping defisit berjalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sri Lanka adalah ekonomi defisit kembar klasik. Defisit kembar menandakan bahwa pengeluaran nasional suatu negara melebihi pendapatan nasionalnya, dan bahwa produksi barang dan jasa yang dapat diperdagangkan tidak memadai," kata Asian Development Bank 2019, dikutip dari Reuters, Jumat (8/4/2022).

Krisis ini juga dipercepat oleh pemotongan pajak yang besar. Potongan pajak merupakan janji dari Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa selama kampanye pemilihan 2019.

ADVERTISEMENT

Kebijakan itu diberlakukan beberapa bulan sebelum pandemi COVID-19. Akibat itu juga ekonomi Sri Lanka makin terpuruk.

Tidak hanya itu, akibat pandemi COVID-19 industri pariwisata Sri Lanka anjlok. Padahal untuk mengatasi utang negara Sri Lanka bergantung pada akses ke pasar tersebut. Cadangan devisa anjlok hampir 70% dalam dua tahun.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Keputusan pemerintah Rajapaksa untuk melarang semua pupuk kimia pada 2021 juga memukul sektor pertanian. Hal itu menyebabkan penurunan panen padi yang kritis.

Krisis yang terjadi di Sri Lanka pun memicu kemarahan dari masyarakat. Atas krisis ekonomi yang mendalam ratusan orang demo dan berujung bentrok dengan polisi selama beberapa jam.

Demo itu dipicu oleh kekurangan mata uang asing yang parah. Hal itu juga yang membuat pemerintah tidak mampu membayar impor, termasuk membiayai bahan bakar, akibatnya terjadi pemadaman listrik yang berlangsung hingga 13 jam.

Terkait utang luar negeri Sri Lanka, pada Februari, negara itu hanya memiliki cadangan US$ 2,31 miliar. Tetapi utang yang harus dibayar sekitar US$ 4 miliar pada tahun 2022, termasuk obligasi negara internasional (ISB) senilai US$ 1 miliar yang jatuh tempo pada Juli ini.

ISB merupakan bagian terbesar dari utang luar negeri Sri Lanka sebesar US$ 12,55 miliar. Termasuk dengan Asian Development Bank, Jepang, dan China di antara pemberi pinjaman utama lainnya.

Dalam tinjauan ekonomi negara yang dirilis bulan lalu, IMF mengatakan bahwa utang publik telah meningkat. Sementara cadangan devisa Sri Lanka tidak cukup untuk pembayaran utang.


Hide Ads