Gawat! Bank Dunia Sebut Ada Bencana Krisis Pangan Imbas Perang di Ukraina

Gawat! Bank Dunia Sebut Ada Bencana Krisis Pangan Imbas Perang di Ukraina

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 22 Apr 2022 08:14 WIB
Ukrainian Interior ministry sappers collect explosives in a hole to detonate them near a mine field in the village of Moshchun, close to Kyiv, Ukraine, Tuesday, April 19, 2022. Russia ratcheted up its battle for control of Ukraine’s eastern industrial heartland on Tuesday, intensifying assaults on cities and towns along a front hundreds of miles long in what officials on both sides described as a new phase of the war. (AP Photo/Efrem Lukatsky)
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Jakarta -

Presiden Bank Dunia menyatakan bahwa manusia menghadapi bencana krisis pangan yang timbul akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Dia mengatakan bahwa rekor kenaikan harga pangan akan mendorong ratusan juta orang ke dalam jurang kemiskinan dan pemenuhan asupan gizi yang lebih rendah jika krisis berlanjut.

Menyadur BBC, Jumat (21/4/2022), Bank Dunia menghitung harga pangan mungkin akan meroket tajam, sekitar 37%. Itu akan memberi pukulan paling keras kepada orang miskin. Mereka akan makan lebih sedikit dan memiliki lebih sedikit uang untuk hal lain seperti sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Malpass yang memimpin lembaga yang bertanggung jawab atas pengentasan kemiskinan global, mengatakan dampak pada orang miskin menjadikannya jenis krisis yang tidak adil. Itu juga berlaku untuk COVID-19.

"Ini bencana manusia, artinya nutrisi turun. Tapi kemudian itu juga menjadi tantangan politik bagi pemerintah yang tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak menyebabkannya dan mereka melihat harganya naik," katanya di sela-sela pertemuan IMF-Bank Dunia di Washington.

ADVERTISEMENT

Signifikannya kenaikan harga kata dia mempengaruhi makanan dari semua jenis minyak yang berbeda, biji-bijian, dan kemudian masuk ke tanaman lain, tanaman jagung. Sebab harga-harga pangan tersebut naik ketika harga gandum naik.

Dia menjelaskan ada cukup makanan di dunia untuk memberi makan semua orang, dan stok global mencukupi menurut standar sejarah. Tetapi harus ada proses berbagi atau penjualan untuk membawa makanan ke tempat yang dibutuhkan.

Malpass juga melarang negara-negara untuk mensubsidi produksi atau membatasi harga. Sebaliknya, katanya, fokusnya harus pada peningkatan pasokan pupuk dan makanan di seluruh dunia, di samping bantuan yang ditargetkan untuk orang-orang yang paling miskin.




(toy/das)

Hide Ads