Jasa penukaran uang atau inang-inang mulai menghiasi wilayah di sekitar Kota Tua, Jakarta. Mayoritas inang-inang menjadikan profesinya sebagai sampingan untuk mendulang rupiah menjelang Lebaran.
Berbeda dengan awal pandemi COVID-19, omzet inang-inang mulai kembali normal. Jika sedang ramai, mereka bahkan bisa menukarkan uang hingga puluhan juta.
Yogi misalnya, inang-inang asal Purwakarta yang bisa menghasilkan omzet Rp 5-15 juta per hari. Bahkan jika mendekati Idul Fitri, omzetnya akan naik sampai Rp 50 juta per hari. "Pas rame paling kalau bank udah tutup. Bisa sampe Rp 50 juta," kata Yogi kepada detikcom, Sabtu (23/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dibandingkan awal pandemi tahun 2020, tahun ini tentu lebih baik. Yogi mengaku saat itu ia pernah hanya berhasil menukarkan uang ratusan ribu atau bahkan tidak laku sama sekali.
Senada dengan Yogi, Rianto, inang-inang lain di Kota Tua menganggap tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. "Baru tahun ini aja, tahun kemarin pas awal pandemi sepi," katanya.
Rianto sendiri punya omzet antara Rp 2 juta sampai Rp 10 juta per hari. Rata-rata untung yang diambil inang-inang adalah Rp 10.000-15.000 tiap penukaran Rp 100.000. Jika nominal penukarannya banyak, maka harganya bisa turun.
Adapun pecahan rupiah yang paling diminati adalah Rp 5.000 dan Rp 2.000. Sementara yang kurang laku adalah Rp 20.000
"Pernah ada yang nukar Rp 10 juta, tapi saya cuma ambil untung Rp 400.000 dari harusnya Rp 1 juta," ungkapnya.
(fdl/fdl)