Darwinah adalah mantan seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Indramayu. 4 tahun di Hong kong membuatnya merasa cukup mampu untuk membuka usaha di kampung halamannya. Secara otodidak ia mencoba bisnis pertamanya, kripik usus dan ceker ayam.
Untuk memperoleh produk yang berkualitas dan layak jual, Darwinah menghabiskan waktu 1 tahun untuk mempelajari teknis produksi, dari cara memasak hingga memasarkan.
"Awalnya nggak untung. Pada saat saya memulai uji coba wirausaha itu saya nggak punya ilmu untuk mengolah ceker ayam. Awalnya dijemur, eh ternyata dijemur tu banyak lalat, ganti lagi (caranya) besoknya dibalur tepung. 'menghabiskan banyak waktu untuk trial dan error ya?' iya," ujar Darwinah dalam d'Mentor Kamis, (21/04/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Darwinah menceritakan strateginya dalam berjualan. Ia tidak ragu untuk membawa hasil produksinya ke berbagai acara yang didatanginya. Baginya, marketing dari mulut ke mulut dinilai efektif untuk mengenalkan produknya.
"Saya itu orangnya terlalu pede gitu ya, makanan yang saya bikin itu enak atau nggak enak itu saya bawa kemana-mana biar orang nyobain. Karena saya yakin testimoni yang diberikan orang itu jujur ya." Ucapnya.
Kini, lewat usahanya, Darwinah bisa menghasilkan 15-20 juta rupiah per produk dalam satu bulan. Kesuksesan itu dijadikannya sebagai contoh bagi tetangga-tetangganya yang ingin Kembali berangkat menjadi pekerja migran. Darwinah ingin membuka wawasan kepada orang-orang tersebut bahwa mereka pun bisa memperoleh penghasilan besar tanpa meninggalkan keluarga dan kampung halamannya.
"Yang pertama saya lakukan adalah membuka sekolah agama gratis. Saya prihatin dengan anak-anak yang ditinggal orang tuanya sehingga kurang perhatian dari sisi agama," ungkapnya.
Hingga saat ini, Darwinah telah berhasil mengajak para calon pekerja migran untuk menangguhkan keinginannya berangkat ke luar negeri. Sebagai gantinya, ia mendampingi koleganya agar bisa memperoleh pendapatan besar seperti dirinya.
"Teman-teman itu biasanya renew kontrak gitu ya. Nggak balik ke Indonesia. Sawah udah kebeli, eh beli apa lagi untuk sesuatu yang sifatnya konsumtif, sehingga mereka nggak pulang-pulang," tutupnya.
Saksikan Juga Video Lengkap d'mentor: Pulang Lebaran, Usaha di Kampung Halaman