Tingginya harga minyak sawit yang berimbas pada mahalnya minyak goreng di tanah air mendorong Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil langkah tegas untuk menyetop sementara ekspor minyak sawit.
Penyetopan dimaksudkan untuk memberi kepastian pasokan dalam negeri serta mendorong penurunan harga agar lebih terjangkau bagi masyarakat di dalam negeri.
Bersamaan dengan itu, di belahan dunia lain, khususnya Eropa, harga minyak nabati pesaing sawit seperti minyak biji bunga matahari tengah mengalami kenaikan signifikan. Bahkan, bukan hanya harganya yang mahal, tapi juga pasokannya menipis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Reuters, Senin (25/4/2022), Harga minyak bunga matahari telah meningkat sebesar 64% pada minggu lalu.
Tampaknya, kenaikan harga tak hanya dialami oleh minyak biji bunga matahari. Menurut peneliti pasar NielsenIQ yang dikutip oleh TV pemerintah Spanyol penjualan semua minyak nabati melonjak 289% dibandingkan dengan minggu yang sama pada tahun 2021.
Kenaikan penjualan dipicu oleh aksi panic buying di mana para konsumen berusaha menimbun dan mengamankan pasokan minyak nabati untuk kebutuhan rumah tangganya masing-masing.
Bersamaan dengan kenaikan harga itu, pasokan minyak nabati, khususnya yang berbasis bunga matahari juga mulai mengalami kelangkaan.
Bahkan setelah supermarket Spanyol membatasi pembelian minyak bunga matahari hingga beberapa botol per orang, rak-rak menjadi kering.
Rentetan kelangkaan minyak nabati yang diikuti dengan kenaikan harga tersebut masih berkorelasi dengan ketegangan yang mewarnai dunia imbas invasi Rusia ke Ukraina.
Selama ini, Ukraina menjadi salah satu pemasok utama minyak nabati berbasis biji bunga matahari ke hampir seluruh antero Eropa. Catatan saja, Minyak bunga matahari dari Ukraina mewakili sekitar 40% atau 400.000 ton dari total impor Spanyol untuk melengkapi 300.000 ton yang diproduksi di negara itu.
(dna/ang)