Minyak Sawit Mentah Ternyata Masih Bisa Ekspor, Apa yang Dilarang?

Minyak Sawit Mentah Ternyata Masih Bisa Ekspor, Apa yang Dilarang?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 27 Apr 2022 06:00 WIB
A worker loads fresh fruit bunches to be distributed from the collector site to CPO factories in Kampar regency, as Indonesia announced a ban on palm oil exports effective this week, in Riau province, Indonesia, April 26, 2022. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan akan melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng. Langkah tersebut diambil untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Namun, tak semua produk dilarang ekspor. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pengiriman minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) akan dikecualikan dari larangan ekspor yang direncanakan. Hal itu menurut salinan surat resmi yang dikirimkan ke para pimpinan pemerintah daerah.

Dikutip dari Reuters, Selasa (26/4/2022), surat yang diverifikasi oleh seorang pejabat kementerian menyatakan larangan itu akan mencakup rafined, bleached and deodorized (RBD) olein. Dari berbagai sumber, RBD olein ialah produk hasil rafinasi dan fraksinasi CPO yang digunakan sebagai minyak goreng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya. Namun, ia tak memaparkan secara detil. Kebijakan tersebut akan berlaku pada 28 April mendatang.

Pedagang dikejutkan oleh pengumuman Jokowi. Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia menghentikan ekspor minyak nabati untuk memastikan ketersediaan produk pangan dalam negeri.

ADVERTISEMENT

Pengecualian minyak sawit mentah dari larangan ekspor akan berdampak positif bagi pasar global. Meski, mayoritas ekspor sawit Indonesia dalam bentuk minyak olahan terkena dampak larangan tersebut.

Pasokan minyak nabati global sudah tersendat oleh cuaca buruk dan invasi Rusia. Saat ini, konsumen global tidak punya pilihan selain membayar mahal untuk persediaan pada saat inflasi pangan global melonjak ke rekor tertinggi.

Meski begitu tetap ada dampak yang akan terasa dari pelarangan ekspor ini. Lanjut di halaman berikutnya.

Kebijakan pemerintah Indonesia melarang ekspor minyak sawit memberikan dampak yang besar. Hal itu membuat konsumen minyak nabati global tidak memiliki pilihan dengan membayar lebih tinggi. Terlebih, pasokan minyak nabati sudah berkurang karena cuaca buruk dan invasi Rusia ke Ukraina.

Masih dikutip dari Reuters, kebijakan larangan ekspor Indonesia akan mengangkat harga semua minyak nabati utama termasuk minyak sawit, minyak kedelai, minyak bunga matahari.

"Keputusan Indonesia tidak hanya mempengaruhi ketersediaan minyak sawit, tetapi juga minyak nabati di seluruh dunia," James Fry, chairman konsultan komoditas LMC International.

Patut diketahui, minyak kelapa sawit yang digunakan untuk berbagai kebutuhan menyumbang 60% dari pengiriman minyak nabati global. Sementara, Indonesia merupakan produsen utama yang menyumbang sepertiga dari semua ekspor minyak nabati.

"Ini terjadi ketika tonase ekspor semua minyak utama lainnya berada di bawah tekanan, minyak kedelai karena kekeringan di Amerika Selatan, minyak lobak karena tanaman kanola yang membawa bencana di Kanada, dan minyak bunga matahari karena perang Rusia di Ukraina," kata Fry.

Harga minyak nabati telah meningkat lebih dari 50% dalam enam bulan terakhir karena faktor dari kekurangan tenaga kerja di Malaysia hingga kekeringan di Argentina dan Kanada.



Simak Video "Video: Penemuan Duit di Kolong Kasur Hakim Jadi Babak Baru Kasus Suap Vonis CPO"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads