Ekspor CPO Dilarang Bikin Dunia Sadar Pentingnya Indonesia

Terpopuler Sepekan

Ekspor CPO Dilarang Bikin Dunia Sadar Pentingnya Indonesia

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Sabtu, 30 Apr 2022 14:45 WIB
Workers load palm oil fresh fruit bunches to be transported from the collector site to CPO factories in Pekanbaru, Riau province, Indonesia, April 27, 2022. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi/Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN
Jakarta -

Pasar internasional merespons kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor produk sawit sebagai masalah baru setelah sebelumnya tertekan karena perang Ukraina dan Rusia. Larangan ekspor itu sudah dimulai 28 April 2022.

Saat ini, pasar sawit di dunia panik dan bergejolak. Melihat hal itu, menjadi tanda betapa pentingnya Indonesia sebagai penghasil sawit terbesar di dunia.

Apa lagi minyak sawit ini dibutuhkan untuk berbagai macam produk, mulai dari makanan, sabun, lipstik, dan bahkan tinta cetak. Oleh karena itu, menunjukkan pentingnya langkah Indonesia bagi dunia. Demikian dikutip dari The Straits Times, Kamis (28/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan Indonesia ini disebut akan membuat pasar minyak nabati global berantakan. Presiden Asosiasi Ekstraktor Pelarut India Atul Chaturvedi mengatakan larangan ekspor produk sawit oleh Indonesia dinilai menjadi ancaman inflasi.

India sendiri adalah importir utama minyak sawit dan mendapat sekitar 45% pasokannya dari Indonesia. "Jika rantai pasokan terganggu, perusahaan akan mencoba menjatah pasokan mereka karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi besok," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Sebagai informasi, pemerintah memberikan kejutan bahwa memperluas larangan ekspor produk sawit, yakni Crude Palm Oil (CPO), Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oil), Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein (RBD Palm Olein), dan Used Cooking Oil (UCO).

Hal itu menjadi pukulan pada pasar sawit global. Sebab, Indonesia menyumbang sepertiga dari ekspor minyak nabati global.

Presiden Joko Widodo pada Rabu malam mengatakan bahwa larangan itu akan dicabut setelah permintaan lokal untuk makanan pokok terpenuhi. Ia juga mengatakan ironis bahwa negara penghasil sawit terbesar tetapi kesulitan mendapatkan minyak goreng

(eds/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads