Harga Minyak Goreng Mulai Turun, Efek Kebijakan Jokowi atau Strategi Toko Aja?

Harga Minyak Goreng Mulai Turun, Efek Kebijakan Jokowi atau Strategi Toko Aja?

Kholida Qothrunnada - detikFinance
Minggu, 01 Mei 2022 17:45 WIB
Minyak Goreng
Foto: Minyak Goreng (Kholida Qothrunnada/detik.com)
Jakarta -

Berdasarkan pantauan detikcom di salah satu supermarket yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon, Minggu (1/5/2022), harga minyak goreng terlihat mulai ada penurunan. Selain itu, stok minyak goreng ber merek juga melimpah.

Di Robinson Ramayana Cirebon misalnya, terlihat papan yang menggantung harga miring hingga terdiskon hampir Rp 6.000. Contohnya minyak goreng merek Fortune 2 liter harganya kini menjadi Rp 46.900 dari Rp 52.300.

Apakah penurunan harga minyak goreng tersebut, termasuk dampak dari kebijakan baru Jokowi mengenai larangan ekspor sawit dan minyak goreng?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi hal itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, mengatakan penurunan harga tersebut termasuk dalam strategi masing-masing ritel, untuk menarik masyarakat berbelanja.

"Harga turun tersebut berbeda, karena program dari masing-masing ritel. Hal tersebut untuk menarik minat masyarakat berbelanja di ritel tersebut. Karena minyak goreng dapat menjadi magnet penarik pelanggan saat ini. Jadi, mereka akan memberikan diskon minyak goreng untuk menarik pelanggan kemudian pelanggan diharapkan berbelanja selain minyak goreng untuk meningkatkan pendapatan pemain ritel, " ujar Nailul, saat dihubungi detikcom, Minggu (1/5/2022).

ADVERTISEMENT

Ia juga menambahkan bahwa turunnya harga minyak goreng tersebut, hanya bagian dari promosi menjelang Lebaran. Sedangkan, untuk melihat efek kebijakan pemerintah itu, perlu dilihat dari periode yang cukup.

"Kalau saat ini, saya rasa hanya bagian dari promosi menjelang lebaran. Belum terlihat efek larangan ekspor crude palm oil (CPO) dari pemerintah. Jika ingin mengecek apakah ada efek dari kebijakan pemerintah perlu periode yang cukup. Coba sebulan nanti, apakah ada penurunan harga apa tidak dan penurunan tersebut bukan berasal dari diskon," jelasnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Ekonom Centre of Reform on Economic (Core) Indonesia Yusuf Rendi juga mengatakan masih terlalu dini untuk melihat pengaruh maupun efek kebijakan baru pemerintah itu.

"Masih terlalu dini mengatakan penurunan di satu titik menunjukkan adanya dampak dari kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Apalagi jika mengacu pada perkembangan harga nasional, dari kebijakan pelarangan ekspor belum terlihat karena harga untuk beberapa komoditas minyak goreng masih berada kisaran harga yang relatif tinggi," kata Yusuf, kepada detikcom.

Senada, Corporate Affairs Director AMRT Solihin mengungkapkan itu hanyalah kerja sama antara principal minyak goreng dan juga para produsen maupun peritel.

"Ritel itu tentunya masing-masing punya program di waktu tertentu. Itu nggak berlaku di semua gerai ritel juga kok. Harga itu kan, ditentukan oleh demand dan supply. Itu bentuk strategi kerjasama antara principal dan produsen. Kalau demand-nya banyak otomatis akan ada persaingan harga. Namanya orang dagang, stok banyak nanti kalau nggak ada yang beli bakalan mungkin bisa kedaluwarsa. Nah, jadi masing-masing merek kan pastinya ingin dibeli masyarakat," ungkapnya.

Penurunan harga bisa ditentukan apabila melihat adanya pengunguman surat dari para produsen minyak goreng tersebut.

"Nah, penurunan bisa dilihat kalau ada surat keterangan resmi dari produsen terkait penurunan atau penyesuain harga minyak goreng. Itu mungkin bisa disebut ada efek dari kebijakan pemerintah," jelas Solihin.

Ia juga berharap kedepannya kebijakan baru tersebut, bisa berdampak pada penurunan harga minyak goreng di masyarakat.

Halaman 2 dari 2
(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads