Belajar dari Badai PHK Startup, Pencari Kerja Jangan Mudah Tergiur Gaji Tinggi

Belajar dari Badai PHK Startup, Pencari Kerja Jangan Mudah Tergiur Gaji Tinggi

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 29 Mei 2022 21:30 WIB
fokus gaji 8 juta
Foto: Dok. iStock
Jakarta -

Perusahaan rintisan (startup) mulai dari LinkAja, Zenius, SiCepat, hingga JD.ID kompak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan dalam waktu berdekatan. Kondisi ekonomi makro yang buruk hingga reorganisasi Sumber Daya Manusia (SDM) jadi alasannya.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan citra startup yang memberi gaji tinggi dan fasilitas memadai bagi karyawan harus mulai dikurangi. Pasalnya startup harus tetap 'bakar uang' jika mau bertahan dan terus mendulang konsumen.

"Pencitraan gaji tinggi dan fasilitas mewah di startup saatnya dikurangi," tuturnya kepada detikcom, Minggu (29/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Heru menilai gaji besar boleh saja diberikan startup untuk pegawainya. Tetapi, perhitungan gaji harus cermat diberikan sesuai pengalaman dan kemampuan.

"Sebenarnya yang mendapat gaji besar senang-senang saja, tapi perusahaan startup-nya harus berhitung cermat. Apakah memang harus besar, sesuai dengan pengalaman dan kemampuan atau sekadar gaya-gayaan," katanya.

ADVERTISEMENT

Dengan kondisi badai PHK yang menerpa startup seperti sekarang ini, menjadi pertimbangan bagi para pencari kerja agar jangan hanya tergiur dengan gaji besar. Pasalnya itu tidak menjamin kondisi kesehatan perusahaan akan berlangsung lama.

"Gaji tinggi tidak menjamin keamanan kerja," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira dihubungi terpisah.

Terpenting adalah tingkatkan skill terus-menerus agar ketika perusahaan mengalami tekanan, bisa mencari perusahaan lain dengan mudah.

"Soal skill digital seperti AI, UX designer, data science akan dibutuhkan bahkan oleh perusahaan konvensional," tandasnya.

(aid/dna)

Hide Ads