Jakarta -
Harga cabai dan sayur-mayur yang melambung tinggi membuat masyarakat gelisah, terutama bagi para pengusaha masakan seperti warteg dan rumah makan padang.
Para penjual masakan tersebut mempergunakan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit demi menjalankan usaha mereka setiap harinya. Tidak jarang mereka berlangganan kepada satu pasar atau distributor untuk memenuhi kebutuhan sayur dan bumbu dapur.
Seperti halnya Aprizon, pemilik Rumah Makan Padang Simpang Jaya di Jl. Muria, Menteng Dalam, yang setiap harinya bisa mempergunakan sekitar 5 kg cabai keriting merah. Setelah kenaikan harga ini, dirinya mengaku bahwa total harga belanjaannya untuk bumbu dapur (termasuk cabai) naik hingga 50%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya nyari duit buat dia (cabai) doang, pusing," ujar Aprizon.
"Biasanya saya belanja cabai cuma Rp 600 ribu, Ini sampai Rp 900 ribu sehari. Itu udah masuk cabai merah, hijau, dan bumbu dapur," ujar tambahnya.
Meski demikian, hal ini tidak membuat Aprizon menaikkan harga masakan yang dijualnya. Hal ini dianggapnya sebagai resiko dari pedagang masakan.
"Harga masakan tetep segitu aja. Itu resiko. Cuman kitanya yang harus ngirit-ngirit ngasinya. Ya disaring lah jangan borosin," tutur dia.
"Kadang-kadang orang beli disini terus 'protes ko sedikit?' Coba saja beli cabai sendiri terus masak sendiri, ngga nutup," tambahnya.
Karena hal ini, Aprizon mengaku pendapatan rumah makannya mulai berkurang. Ditambah lagi, ada penutupan jalan di Jl. Muria yang menyebabkan akses terbatas, sehingga pembelinya pun menurun.
"Iyalah aturan biasanya bisa nyimpan sekarang ndak nyimpan. Ga dagang juga gimana. Yang penting gaji karyawan sama kontrakan tetep ketutup. Buat kita mah kadang ada aja," ujar Aprizon.
Aprizon juga mengatakan kalau berjualan masakan padang akan sangat sulit untuk mengakali penggunaan cabai, dimana cabai sangat identik dengan tampilan dan rasa masakan padang.
"Ngakalinnya susah. Nanti warnanya jelek. Kalo gule misalnya pake cabe giling, kalo yang lain juga gitu nanti pucat," tutur dia.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Tidak hanya rumah makan padang yang terkena dampak besar dari kenaikan harga cabai ini. Rohayah, pemilik warung nasi sederhana di Jl. Menteng Pulo III, yang rutin berbelanja di Pasar Lokbin Muria Dalam. Dirinya mengaku pusing dengan kenaikan harga cabai yang mencapai Rp 100 ribu itu.
"Ya banget-banget pusingnya. Karena jualan saya itu yang penting cabe sama tomat. Tapi sekarang keduanya lagi mahal banget," ujar Rohayah kepada detikcom, Minggu (12/06/2022).
Rohayah mengatakan bahwa dirinya memutuskan untuk tidak menaikkan harga karena para langganannya ialah teman-temannya sendiri.
"Biasanya yang namanya mahal kan ya yasudah. Kata teman-teman kalaupun harga naik ya sebisannya mah harga jangan naik, tetap saja," tuturnya.
Ditambah lagi, dirinya juga memiliki kedai di Kantin Kokas UKM. Harga di kedai itu, katanya, sudah dipajang dalam daftar cetakan dari manajemen tempat tersebut sehingga tidak dapat ia ganti.
"Untung mah ada ya tapi tipis. Ada lah buat makan mah, bersyukur saja. Memang kadang bingung. Tapi yang penting masih bisa beli masih ada cabai dan sayur-sayuran itu. Nerimain apa adanya," tambahnya.
Rohani, pemilik Warteg Berkah di Jl. Menteng Pulo juga merasakan hal yang sama. Dirinya mengatakan bahwa pendapatan bulanannya mengalami penurunan semenjak 2 bulan terakhir akibat harga sembako dan sayur-mayur yang terus melonjak.
"Bingung jawabnya. Ya lagi mahal semua, susah. Tapi harga jual ini tidak di naikkan. Makanya pusingnya disitu," ujar Rohani.
Rohani mengatakan bahwa dirinya memilih untuk tidak menaikkan harga dagangannya karena takut para langganannya jadi berkurang.
"Kalo dimahalin gimana ya, yang udah langganan kan udah pada tau harganya berapa. Takutnya malah pada pergi. Lebih susah lagi," ujar dia.
Meski begitu, Rohani menambahkan kalau dirinya mencoba mengakalinya dengan mengganti beberapa menu yang menggunakan cabai rawit merah dan cabai merah lainnya dengan penggunaan cabai hijau.
"Paling-paling ngakalinnya dengan itu. Karena susah ngakalinnya, bisa-bisa pengaruh ke rasa," ujar dia.
"Kalo sudah begini mau gimana lagi. Harga mahal mah resiko yang dagang. Hanya bisa pasrah. Udah ganti harga inimah bukan naik lagi. Kalo udah naik gitu pasti terus, gaakan berhenti," tambahnya.