Sri Lanka terperosok dalam krisis ekonomi yang mendalam. Negara di Asia Selatan itu gagal bayar utang luar negeri (ULN) US$ 51 miliar atau Rp 754,8 triliun (kurs Rp 14.800) sehingga dapat dikatakan bangkrut.
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang itu mengalami kekurangan makanan, bahan bakar minyak (BBM), dan kebutuhan pokok lainnya. Krisis itu telah menimbulkan kesengsaraan yang meluas dan terburuk sejak merdeka dari Inggris pada 1948.
Ada banyak faktor penyebab Sri Lanka dilanda kebangkrutan. Salah satu yang utama adalah saat akhir 30 tahun perang saudara pada 2009, Sri Lanka memilih lebih fokus pada pasar domestik daripada mengekspor ke luar negeri. Jadi pendapatan dari ekspor rendah, sementara tagihan impor terus bertambah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Al-Jazeera, Minggu (26/6/2022), berikut timeline krisis ekonomi Sri Lanka hingga bangkrut karena gagal bayar utang:
31 Maret 2022: Rumah Presiden Terancam
Ratusan pengunjuk rasa yang dikerahkan oleh aktivis media sosial, mencoba menyerbu rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. Massa menuntut pengunduran dirinya yang dituding sebagai biang kerok kesengsaraan masyarakat.
1 April 2022: Keadaan Darurat
Saat protes menyebar, Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat dan memberikan kekuatan besar kepada pasukan keamanan untuk menangkap dan menahan tersangka.
Pada 2 April 2022, Sri Lanka mengumumkan lockdown selama 36 jam terhitung mulai Sabtu (2/4) sore hingga Senin (4/4) pagi waktu setempat. Pemerintah juga mengerahkan pasukan untuk memadamkan protes yang terjadi.
3 April 2022: Kabinet Mengundurkan Diri
Pemerintah memblokir akses ke seluruh media sosial termasuk Twitter dan Facebook untuk meredam kericuhan yang terjadi. Di waktu yang sama hampir semua kabinet Sri Lanka mengundurkan diri.
Salah satunya adalah Perdana Menteri dan Mantan Presiden Mahinda Rajapaksa yang mengundurkan diri pada 9 Mei 2022. Dia adalah kakak dari presiden saat ini, Gotabaya Rajapaksa.
Keluarga Rajapaksa memang telah menguasai negara kepulauan itu selama dua dekade terakhir. Jangan heran jika hampir setiap pejabat memiliki nama belakang sama.
Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Ajith Nivard Cabraal juga mengundurkan diri pada Senin (4/4) setelah menolak mencari dana bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF).
7 April 2022: Permohonan Restrukturisasi Utang
Rajapaksa menunjuk panel ahli untuk mengatur restrukturisasi pembayaran utang. Upaya itu dilakukan demi mengatasi krisis keuangan yang memburuk di negaranya.
Lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Video Gemerlap Cahaya di Perayaan Waisak Sri Lanka"
[Gambas:Video 20detik]