Siang itu panas matahari sedang terik-teriknya. Namun, semangat Femri belum luntur meski diterpa panas. Dengan sigap dia menarik ulur tambang pengatur palang pintu kereta.
Saat kereta lewat, dia menarik tambang untuk menurunkan palang pintu. Ketika kereta sudah berlalu, dia ulur tambang untuk menaikkan palang pintu dan memberikan jalan kepada masyarakat untuk lewat.
Dari posnya yang kecil, Femri berjaga agar masyarakat bisa menyeberang dengan aman dan kereta api pun bisa berjalan dengan lancar. Pekerjaannya sebagai penjaga palang pintu perlintasan sebidang memiliki tanggung jawab besar, bahkan nyawa taruhannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 3 tahun terakhir, Femri bergantian dengan dua kawannya menjaga perlintasan sebidang di kawasan Citayam, Depok, Jawa Barat. Tepatnya, di palang pintu rel Gang SMP Ratu Jaya.
Selama ini ada dua shift yang dia jalani, terkadang jaga pagi hingga sore dari pukul 5.00-17.00 WIB. Sebaliknya, ada juga shift malam yang dimulai sore pukul 17.00 WIB dan selesai pukul 5.00 WIB esok paginya.
"Saya gantiin om saya aja di sini. Awalnya om saya. Dia dapat kerja, saya justru hilang pekerjaan pas pandemi, dulunya saya OB. Ya udah jaga-jaga aja sini dulu," ungkap Femri kala ditemui detikcom saat sedang berjaga, Rabu (29/6/2022).
Sebagai penjaga palang pintu, Femri tak memiliki pendapatan yang tepat. Sumbangan sukarela jadi pengharapannya. Syukur-syukur pengguna jalan yang lewat perlintasan mau membagi uang recehnya untuk menambah pundi-pundi pendapatan Femri.
Dalam satu hari, Femri mengaku paling banyak mendapatkan uang dari sumbangan sukarela masyarakat cuma sebesar Rp 50.000. Itu baru angka paling besar, kadang-kadang malah Femri cuma bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 20.000-30.000 saja.
Namun dia tak menampik terkadang warga sekitar suka memberikan dia dan timnya uang lebih dalam sebulan karena sudah berjasa menjaga palang pintu. Namun jumlahnya pun tak banyak, harus dibagi ke 3 orang pula.
"Tambahannya ya paling dari pengurus suka ngasih Rp 300.000-400.000, itu juga saya bagi 3 kan. Kalau nggak ya sekolahan ini suka ngasih juga," kata Femri.
Meski terkesan pas-pasan, Femri bilang selama ini pendapatannya cukup buat nafkahi keluarga. "Dicukup-dicukupin aja dah gimana caranya, sering disisihin Rp 5.000 sehari buat bayar kontrakan," tuturnya.
Cerita tak jauh berbeda turut dirasakan Rusfendi, penjaga palang pintu perlintasan sebidang kereta api di Gang Kembang, Citayam. Pria yang sudah selama 20 tahun menjaga palang pintu kereta ini pun mengharapkan sukarela masyarakat untuk mendapatkan penghasilan.
Lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Video Momen Penumpang Berhamburan Kala TransJ Terjebak di Perlintasan Kereta"
[Gambas:Video 20detik]