Pandemi COVID-19 memang mempengaruhi semua aspek kehidupan mulai dari ekonomi, kesehatan hingga pekerjaan. Pengangguran pun bertambah. Di sisi lain muncul juga profesi baru di tengah masyarakat.
Salah satunya Manusia Silver hingga Badut Jalanan. Namun, profesi ini bukanlah sebuah pekerjaan di perusahaan atau sektoral. Mereka yang menjadi Manusia Silver dan Badut Jalanan ini seperti 'pengamen', memberikan hiburan kepada masyarakat.
Biasanya, profesi itu ditemukan di lampu merah kota atau ada juga yang berkeliling khususnya untuk Badut. Mereka mencari nafkah, menghibur masyarakat di tengah teriknya matahari kota, kemacetan, dan melawan berbagai macam rintangan. Belum lagi jika ada penertiban dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Seperti halnya yang diceritakan oleh Rina dan Anto, masing-masing merupakan Badut Jalanan dan Manusia Silver. Mereka biasa bermain dan menghibur masyarakat di perempatan lampu merah Ciledug, tepatnya dekat dengan CBD Ciledug Tangerang.
"Saya jadi badut jalanan baru beberapa bulan ini, awalnya saya manusia silver sejak awal pandemi 2020 ya itu," ujar Rina sembari duduk di pinggir lampu merah sembari beristirahat.
Rina sendiri menjadi Badut Jalanan berkostum tokoh kartun Ipin, salah satu dari tokoh kartun Upin dan Ipin. Ibu tiga anak ini merupakan orang tua tunggal yang harus menjadi ibu rumah tangga sekaligus mencari nafkah.
Di bawah terik matahari, Rina turun ke jalan sekitar jam 10 pagi yang sudah terasa terik. Rina menghibur dengan kostum tersebut sembari berdendang di depan masyarakat yang berhenti di lampu merah. Tak lama berdendang, dengan secarik kantong yang dibuatnya dari celengan bekas, Rina berkeliling untuk meminta sedikitnya uang dari masyarakat di lampu merah tersebut.
Dia bilang, pendapatannya sehari tidak menentu. Jika sedang ramai, sehari dia bisa mendapatkan Rp 100.000 sampai Rp 150.000. Namun, Rina mengungkap sering kali juga mendapatkan uang hanya Rp 5.000.
Pendapatan itu tidak sepenuhnya untuk kebutuhan Rina dan keluarga, dia harus potong dengan uang sewa kostum yang dikenakan Rp 30.000 per hari.
"Ini sewa kostum Rp 30 ribu sehari sedangkan pendapatan kurang kadang gak dapat, kayak kemarin saya turun sudah habis magrib wanti-wanti karena katanya ada razia besar-besaran. Karena saya trauma baru turun setengah 6 karena sudah ada orang buta. Saya bawa pulang hanya Rp 5.000 kemarin itu," ujar Rina saat ditemui detikcom ketika dia beristirahat.
Rina sendiri mengaku pendapatan yang dia dapatkan tidak cukup. Sambil berderai air mata, Rina mengatakan sering kali menunggak bayar sewa kostum dan kontrakannya. Tak jarang juga akhirnya harus meminjam uang di koperasi keliling.
"Jadi gali lobang tutup lobang aja kita pinjam Rp 500 ribu bayar kontrakan, nanti saya cicil bayarnya Rp 20.000 per hari di koperasi keliling, kalau orang menyebutnya bank keliling. Ini saja kontrakan sudah jatuh tempo tanggal 22. Tetapi yang punya rumah mengerti kondisi saya, Sewa kostum juga paham kondisi saya begini," tuturnya, sambil mengusap air matanya.
Rina juga bercerita, kalau sebelum jadi badut dia merupakan Manusia Silver. Namun, dirinya harus mengalah karena di sekitar perempatan Ciledug itu tidak boleh terlalu banyak Manusia Silver.
Kala dia menjadi Manusia Silver, Rina pernah ditangkap oleh Satpol PP. Beberapa bulan ditangkap, namun diberikan pelatihan pekerjaan. Namun, menurut Rina modal itu tidak cukup. Hingga akhirnya harus tetap 'ngamen' namun menjadi Badut Jalanan.
Manusia Silver
Profesi ini tenar memang awal pandemi COVID-19 sekitar tahun 2020. Saat itu profesi ini menjadi perhatian masyarakat karena keunikannya dengan atraksi menjadi patung.
Salah satu Manusia Silver di kawasan yang sama, bernama Anto bercerita, sebelum menjadi Manusia Silver, Anto bekerja sebagai sopir angkutan kota (angkot).
Namun, saat pandemi melanda pada 2020, pendapatan menjadi supir angkot semakin menipis seiring dengan penumpang yang enggan menggunakan transportasi umum karena virus COVID-19. Belum lagi, sudah banyak transportasi online dan umum lainnya yang menyaingi angkot.
"Waktu itu awal pandemi kalau nggak salah 2020 ya, sebelumnya narik angkot, karena pandemi gitu sewa berkurang terpaksa kaya gini karena kalau narik gitu ada setoran, belum bensinnya. Kalau begini berapa dapatnya sudah hak kita, ibarat kata kita hanya perlu silver doang sama minyak goreng bahan utamanya," ungkap Anto.
Ide menjadi Manusia Silver sendiri disebut Anto diberitahu oleh temannya yang juga kala itu sudah menjadi Manusia Silver. Melihat penghasilannya di atas menjadi supir angkot dengan modal sedikit. Anto mencoba banting stir menjadi Manusia Silver.
"Diakui ya awal-awal pandemi itu bisa bawa uang Rp 300.000 per hari. Kalau sekarang mungkin banyak kejadian yang membuat resah masyarakat terus bosan juga, paling ramai Rp 100.000. Bawa Rp 15.000 atau 20.000 juga pernah," tutur Anto.
Sementara modal untuk menjadi Manusia Silver sendiri disebut hanya Rp 25.000. Uang itu untuk membeli cat sablon dan minyak goreng.
"Itu bisa dipakai 6 kali pemakaiankah," lanjutnya.
Kemudian, lika-liku selama menjadi Manusia Silver juga sama seperti profesi Badut Jalanan, harus kejar-kejaran dengan Satpol PP. Meski begitu, bersyukurnya Anto belum pernah ditangkap.
"Bersyukur saya belum pernah ketangkap, kalau teman-teman pernah. Satpol PP itu datang kadang ya langsung ngusir kita. Kalau mereka kesal misalnya kitanya nggak dengerin mereka ya bisa aja ditangkap," ungkapnya.
Rintangan berikutnya selain terik matahari dengan cat di badan, efek samping dari sablon dan minyak goreng di badan hampir merusak kulit. Anto mengatakan sering kali kulitnya menjadi kering.
"Tetapi cuma sebentar, ada obatnya ilang sendiri pakai salep. Kaya berkerak kaya sisik. Kita kan panas kaya goreng ikan aja pakai minyak goreng dipanaskan mateng kan jadi kering. Ya kaya gitu. Jadi kaya gimana ganti kulit itu masalah negatifnya jadi Manusia Silver," tuturnya.
Hingga saat ini Anto sendiri merasa belum bisa kembali menjadi sopir angkot atau mencari pekerjaan lain. Meskipun istri dan keluarga juga sudah mendorong untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
"Tetapi mau bagaimana, saya juga tanya-tanya teman saya kalau narik lagi (angkot) apakah udah mulai ramai atau normal, mau balik lagi. Saya juga sudah mencoba mencari pekerjaan lain, tetapi karena pendidikan saya yang kurang jadi di terbelakangi juga," tutupnya.
Simak Video "Video: Heboh Sekelompok Manusia Silver Serang Petugas Satpol PP di Makassar"
(zlf/zlf)