Bukan pemandangan baru lagi kalau ada badut jalanan yang 'ngamen' di lampu merah. Ternyata, adanya badut jalanan itu menjadi peluang bisnis bagi sebagian orang.
Seperti yang dilakukan oleh Riska, penyewa kostum badut jalanan. Berdasarkan penelusuran detikcom, Riska adalah penyewa kostum badut jalanan di kawasan CBD Ciledug, Tangerang. Di ujung perempatan lampu merah, di situlah tempat Riska singgah.
Riska sendiri tidak menggantungkan hidupnya menjadi penyewa kostum badut jalanan. Di sudut perempatan itu, Riska memiliki warung kopi, di mana itu menjadi tempat sopir angkutan kota (angkot), ojek, pengamen, dan lainnya membeli minum hingga rokok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bercerita, baru menjadi penyewa kostum badut jalanan baru beberapa bulan belakangan ini. Riska memiliki sembilan kostum badut, mulai dari tokoh kartun Upin dan Ipin hingga BoBoiBoy. Harga sewa yang ditawarkan satu kostum Rp 30 ribu per hari.
"Sehari saya sewa kostum Rp 30 ribu per hari," ujarnya, ketika ditemui detikcom.
Modal yang dikeluarkan Riska untuk membeli kostum hasil meminjam ke orang tuanya. Ia juga tidak langsung sekaligus, awalnya hanya membeli dua kostum baru di Bogor. Harga satu kostumnya sekitar Rp 1,3 juta hingga 1,5 juta.
"Badutnya saya beli dari Bogor, kan banyak di sana produksi baju badut, satu kostum beli Rp 1,5 juta atau Rp 1,3 juta lah," tuturnya.
Ide awalnya menjadi penyewa kostum badut, Riska yang akrab dengan sapaan Tante ini mengatakan awalnya karena permintaan pengamen-pengamen di kawasan tersebut.
"Kan saya disapanya Tante ya, mereka minta 'tan beliin kostum dong, nanti kita sewa' katanya gitu. Yaudah saya kan sebelumnya koperasi, modal dari itu saya cicil beli kostum badut ini," ungkapnya.
Meski begitu, Riska baru saja beberapa bulan menjadi penyewa kostum, ada barangnya yang tidak balik lagi. "Satu udah hilang kostumnya, yang kembarannya kostum Ipin itu, kan saya belinya sepasang. Satu dibawa kabur sudah 2 bulan ini saya malas carinya," ungkapnya.
Kemudian, Riska tetap menambahkan macam-macam kostumnya dari hasil uang penyewa. Dua kostum berikutnya dia beli baru, sementara sisanya dia beli kostum bekas dari penyewa kostum lainnya.
"Bertahap saya, dalam dua bulan nggak langsung Rp 10 juta, nambah lagi satu. Kalau setoran lancar beli lagi, awal-awal lancar makanya saya bisa nambah kostum. Ke sini-sini sepi, kalau pada bayar ya diterima, kalau nggak mau gimana lagi. Banyak razia Satpol PP," ungkapnya.
"Itu juga sisanya beli second, nggak langsung bayar, saya cicil bayarnya. Kalau second Rp 500 ribu-lah. Sekarang susah kalau beli cash gitu orang nggak ada yang mau," ujarnya.
Namun, Riska mengatakan sebagai penyewa kostum dia belum balik modal. Mengingat hasil dari orang-orang yang menyewa kepadanya juga sedikit.
"Paling pada banyak pada bayarnya Rp 60 ribu, kalau ramai lancar Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu. Kalau lagi nggak jalan yaudah nganggur aja kostumnya., Itu juga modalnya belum balik. Jangan ngomongin untung dulu, modal aja belum balik," terangnya.
Riska memang awalnya berniat untuk membantu kawan-kawannya di kawasan itu untuk mencari uang. Ibu satu anak ini pun mengaku tidak masalah jika memang penyewanya belum mampu membayar. Dia mengerti bagaimana kondisi pengamen badut jalanan saat ini.
"Mau gimana kasihan, kalau ibu itu kan juga dulunya manusia silver. Jadi manusia silver juga takut ditangkap Satpol PP. Sekarang lagi banyak razia juga," tuturnya
Untuk memenuhi kehidupannya, Riska mengandalkan warung kopinya dan pemasukan dari suaminya yang supir angkot. Riska mengatakan dirinya bisa mendapatkan sewa warung dengan harga murah Rp 1,3 juta per 3 bulan.
"Ini saya dapat murah sewa warung Rp 1,3 juta per 3 bulan yang lain jutaan per bulan. Yaudah pemasukan dari sini aja atau dari suami narik angkot. Pinter-pinter sayalah mengandalkan warung untuk makan, uang dari suami untuk kebutuhan lain," tutupnya.
(zlf/zlf)