Kondisi Sri Lanka sedang bergejolak. Negara kepulauan yang terletak di pesisir tenggara India itu sedang dilanda krisis ekonomi. Kondisi ini membuat demonstran di negara itu turun ke jalan hingga melakukan 'invasi' ke rumah Presiden Sri Lanka.
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa akan mengundurkan diri 13 Juli nanti. Perdana Menterinya, Ranil Wickremesinghe juga mengaku siap mundur dari jabatannya. Padahal sebelum krisis melanda, Ranil pernah berjanji negaranya akan kaya raya pada 2025.
Dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada 2018 lalu, Ranil memperkenalkan visi 2025 Sri Lanka yang menjadi strategi pemerintahannya fokus meningkatkan perekonomian negara tersebut dengan memperluas dan memperkuat pasar di Asia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemajuan yang telah dicapai Sri Lanka selama tiga tahun terakhir, dan keberhasilan rencananya ke depan, secara alami dipengaruhi oleh kejatuhan ekonomi global dan sangat terkait dengan hubungan perdagangan strategis, khususnya hubungan perdagangan di seluruh kawasan Asia," pada Ranil 2018 lalu dalam WEF.
"Bukan rahasia lagi bahwa Asia adalah mesin ekonomi masa depan, dan dalam upaya kami untuk menjadikan Sri Lanka negara kaya pada tahun 2025, kami berniat melibatkan Asia lebih mantap lagi, memanfaatkan akses strategis ke pasar yang sedang berkembang mulai dari India, Pakistan, Cina, Jepang dan Korea Selatan ke ASEAN," sambungnya.
Bahkan, pada saat itu Ranil memamerkan pemerintahan Sri Lanka yang telah menciptakan ratusan ribu lapangan pekerjaan. Ia mengklaim Sri Lanka merupakan negara yang sedang berkembang pesat dengan pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan.
"Pemerintah saat ini telah menciptakan lebih dari 460.000 pekerjaan dan membantu lebih dari 260.000 keluarga," katanya.
Namun janji tinggal lah janji. Kini Sri Lanka telah dinyatakan bangkrut akibat krisis berkepanjangan. Selama berbulan-bulan, negara berpenduduk 22 juta jiwa ini telah menderita kekurangan makanan, bahan bakar, dan pemadaman listrik serta mengalami inflasi yang tinggi. Kondisi ini terjadi setelah pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital.
Negara ini menderita inflasi yang merajalela dan sedang berjuang untuk mengimpor makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Banyak yang menyalahkan situasi ekonomi Sri Lanka yang mengerikan ini pada Presiden Rajapaksa. Aksi-aksi demonstrasi pun telah berlangsung sejak Maret lalu untuk menuntut dia mundur. Sementara itu, Wickremesinghe dikabarkan telah dievakuasi ke tempat aman.
Lihat Video: Massa Bakal Kuasai Istana sampai Presiden Sri Lanka Mundur