Menurut Yossianis, tol laut difokuskan ke daerah terpencil, terluar, dan terdepan sehingga masyarakat tidak perlu mengirim produk dalam jumlah besar lagi.
"1 ton pun sudah bisa direct dibeli pengusaha di Jakarta, Surabaya. Jadi sudah bisa langsung dibeli. Di sisi lain PELNI ini kan juga operator untuk konter-konter yang bukan hanya 1 ton dan 5 ton, 20 ft dan juga 40 ft. Jenis yang lain ini kita harus studi bersama dengan ITS dan juga INKA kita siapkan untuk publik. Produk lokal harus kita support," jelas Yossianis.
Dari sisi reefer container yang sekarang sudah diproduksi, Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) menjelaskan bahwa target utamanya adalah Tingkat Kandungan Dalam negeri (TKDN) yang sudah mencapai 60% dari target minimal TKDN yakni 40%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Target utama keunggulan reefer container kami adalah TKDN di mana untuk bisa mandiri dalam industri container saat ini. Terus kemudian kami membuat prototype dioperasikan oleh PELNI selama 3-4 bulan ini. Pada saat awal kami memang bekerja sama dengan Universitas Brawijaya untuk melihat kebutuhan nelayan seperti apa. Tetapi setelah operasi kami akan mengajak ITS untuk memenuhi kebutuhan PELNI, apa yang menjadi kendala selama uji coba selama 3 bulan ini. Kalau boleh disampaikan, keunggulannya tadi TKDN sudah bisa mencapai 60 %," jelas Agung.
Keunggulan lain menurut Agung adalah container produknya yang tidak dibuat massal seperti yang saat ini masih diimpor. Apa yang menjadi kebutuhan PT PELNI akan dipenuhi pihaknya dengan container tersebut.
"Container saat ini kan 20 ft hingga 40 ft. Itu standar tapi kami menyiapkan yang dibutuhkan hanya 1 ton, 5 ton karena pulaunya kecil kecil disinggahi kapal PELNI," tambah Agung.
"Selain itu, kami bertiga (INKA, Pelni, dan ITS) akan mempersiapkan pelaksanaan kerja sama lain di bidang logistik yang saling menguntungkan, antara lain dalam hal menjajaki peluang-peluang yang dapat menjadi potensi bisnis, melakukan kajian baik dari aspek finansial, teknis, operasional, legal, dan aspek lainnya yang terkait dengan kerja sama sebagai tindak lanjut potensi bisnis, hingga menyusun kajian kelayakan (feasibility study)," pungkas Agung.
(ara/hns)