Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian nasional.
Apalagi saat ini perkembangan zaman dan keberlanjutan usaha, UMKM sudah saatnya membidik pasar internasional menyusul perkembangannya selalu tumbuh dan meningkat dari tahun ke tahun.
UMKM "Go Global" perlu mempersiapkan diri secara maksimal seperti mengikuti syarat dan kondisi pada aturan impor suatu negara. Kemudian ketahanan kemasan, penggunaan bahasa Inggris yang memadai hingga kualitas barang yang mumpuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelaku UMKM Indonesia untuk masuk pasar internasional, seperti di Selandia Baru harus mengikuti (comply) dengan aturan yang ada, seperti syarat dan kondisi impor, kepabeanan, sertifikasi hingga penguasaan bahasa Inggris di kemasan maupun urusan dokumen," ungkap Director of Xcelarate International, Janti Gunawan, ditulis Rabu (27/7)2022).
Dia menambahkan, produk UMKM terutama makanan bila menyasar pasar internasional kemasannya harus tahan minimal satu tahun serta sustainable untuk pemesanan berikut.
CEO Redef Foundation Santi Susanti mengatakan hal yang senada, bahwa UMKM Indonesia yang hendak meraih peruntungan pasar internasional khususnya di Eropa, harus juga memperhatikan kondisi cuaca dan produk yang ramah lingkungan.
"Kalau di Eropa punya empat musim. Jadi harus memperhatikan tren, warna dan selera setiap musim. Kemasan berbahasa Inggris dan kemampuan bahasa asing diutamakan untuk memahami aturan yang ada," ujar Santi. Pelaku UMKM yang sudah 15 tahun di pasar Eropa ini mengakui, karakteristik agak lambat dalam pendekatan dan bernegosiasi. "Memang agak lama pendekatannya, tetapi bila sudah deal pasti kontraknya long term," imbuhnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, CEO & Founder of BISA Stephanus T.W mengatakan, pelaku UMKM sebaiknya mencari rekan bisnis agar produknya bisa masuk ke luar negeri. Salah satunya dengan menggandeng institusi perbankan seperti Bank BJB yang membantu dari sisi pendanaan dan pendampingan.
Selain itu, pelaku UMKM juga bisa menjalin kerjasama dengan para Diaspora Indonesia. "Selain menjalin kerjasama dengan komunitas lokal seperti Diaspora Indonesia, juga perlu pendampingan dari institusi keuangan seperti bank bjb. Pasar warga Jabar di Singapura cukup besar," ujar Stephanus.
Pemimpin Divisi UMKM bank bjb Denny Mulyadi mengatakan, pihaknya sangat terkesan dengan informasi yang ada dan terus melakukan perbaikan untuk program maupun produk terkait dengan usaha ini. Saat ini, bank bjb memiliki produk Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara berjenjang serta berkesinambungan.
"Selain memberikan kemudahan akses pembiayaan, bank bjb juga melakukan pemberdayaan yakni dengan memberikan edukasi, pelatihan, pola keuangan, hingga soal kemasan. Tujuannya agar pelaku UMKM binaan bank bjb naik kelas menjadi juara," ungkap Denny.
Tercatat, hingga Juni 2022 portofolio penyaluran kredit UMKM bank bjb telah mencapai Rp 835 miliar untuk produk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Rp 8,2 miliar untuk produk bjb Kredit Mesra. Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Jawa Barat Januari-Mei 2022 tercatat 15,71 miliar US$ atau meningkat 18,43% dibandingkan periode yang sama pada 2021.
(kil/dna)