Hubungan antara China dan Taiwan memanas usai Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi berkunjung ke Taipei. Ketegangan itu dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian Indonesia di tengah perang Rusia dan Ukraina yang belum berkesudahan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan konflik China dan Taiwan bisa mempengaruhi pasokan semikonduktor yang banyak digunakan sektor elektronik dan otomotif. Pasalnya Taiwan merupakan salah satu produsen semikonduktor terbesar di dunia.
"Secara risiko kalau Taiwan dan China jadi perang dagang, maka eskalasi konflik akan mempengaruhi pasokan semikonduktor sehingga penjualan mobil di Indonesia bisa tertekan," kata Bhima, Minggu (7/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampaknya jika produksi semikonduktor di Taiwan terganggu akibat konflik dengan China, maka kepentingan negara lain termasuk Indonesia sebagai mitra dagang dari segi penjualan elektronik dan otomotif akan terganggu. Termasuk risiko harga yang akan melejit.
"Dampak ke masyarakat harga motor dan mobil naik," tutur Bhima.
Ditambah suku bunga pinjaman bisa makin mahal baik untuk kredit perumahan (KPR), cicilan kredit motor, pinjaman UMKM, sampai krisis biaya hidup bakal terus berlanjut.
"Kalau tidak kuat penghasilannya, maka ujungnya bisa terjebak ke gali lubang utang yang semakin dalam," tambahnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menambahkan bahwa ketegangan China dan Taiwan bisa memicu harga bahan bakar minyak (BBM) semakin mahal karena ada risiko harga minyak dunia naik lagi. Hal itu bisa terjadi jika ini berlangsung berkepanjangan.
"Setiap ketegangan geopolitik pasti akan memicu sentimen kenaikan harga energi terutama harga minyak dunia. Padahal sekarang harga minyak dunia sudah mulai melemah di bawah US$ 100 per barel. Kalau ada ketegangan geopolitik lagi, biasanya akan kembali mengalami peningkatan dan itu artinya bagi perekonomian dalam negeri akan memicu kenaikan harga BBM, juga terutama yang tidak disubsidi," imbuhnya.
Dampak dari ketegangan China dan Taiwan juga tidak menutup kemungkinan akan sama seperti Rusia dan Ukraina yakni kenaikan harga komoditas. Dengan begitu inflasi global bisa terbang lebih tinggi lagi dari saat ini.
"Artinya ini akan semakin meningkatkan dorongan inflasi di produsen yang juga berpotensi akan ditransmisikan ke tingkat konsumen. Padahal sekarang inflasi sudah mengalami peningkatan," tandasnya.
(aid/zlf)