Nih Ada Minyak Baru Mirip Minyak Goreng, Harga Lebih Murah

Nih Ada Minyak Baru Mirip Minyak Goreng, Harga Lebih Murah

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 15 Agu 2022 12:54 WIB
Mendag Zulkifli Hasan resmi meluncurkan minyak goreng curah dalam kemasan sederhana. Dalam kesempatan itu, Zulhas juga sempat melayani warga yang membeli migor curah.
Ilustrasi Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Pemerintah sedang mengembangkan produksi Minyak Makan Merah berbasis koperasi sebagai alternatif minyak goreng yang banyak digunakan masyarakat. Minyak Makan Merah diklaim lebih sehat karena produksi tidak melalui proses pemutihan (bleaching) sehingga tidak menghilangkan kandungan vitamin A.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan Minyak Makan Merah akan lebih murah dibanding minyak goreng yang beredar saat ini. Pasalnya proses yang dilalui lebih efisien.

"Minyak Makan Merah sangat sehat dan juga karena diproduksinya lebih efisien insyaAllah bisa lebih murah," kata Teten di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (15/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teten memastikan produk Minyak Makan Merah akan diserap oleh pasar. Rencananya, piloting pengembangannya ditargetkan terealisasi pada Januari 2023.

"Sekarang para petani sawit senang karena mereka tidak lagi hanya menjual TBS-nya, tapi bisa mendapatkan niliai tambah dari mengolah sawitnya menjadi Minyak Makan Merah dan itu bisa didistribusikan ke masyarakat," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Dalam memperkuat penyerapan oleh pasar, telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) Tentang Kerja Sama Kemitraan Dalam Rangka Inovasi Teknologi Pengolahan Minyak Makan Merah antara Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Utara (Diskopsu), Koperasi Produsen Sawit dan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo).

Tujuan MoU itu dalam rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan melakukan kemitraan, pemberian pendampingan dan konsultasi kelembagaan, inovasi teknologi dan produk, digitalisasi, kewirausahaan dan kepastian pemasaran atas hasil produk Minyak Makan Merah ke depannya.

"Teknologi produksi minyak makan merah ini sudah ada, petaninya sudah mau, pembiayaan pun sudah oke, bisnis modelnya sudah ada. Sekarang ini kepastian pasarnya. Perkembangannya Agustus DED (Detail Engineering Design) selesai, produksi mulai jalan, Januari 2023 KickOff," jelas Teten.

lanjut ke halaman berikutnya

Teten menegaskan pihaknya mencoba mengembangan Minyak Makan Merah oleh koperasi guna mendorong Kemandirian Pangan, serta menjadi alternatif produk dari keterbatasan bahan baku dan ketidakstabilan harga minyak goreng selama ini.

Di Indonesia, dari 14,59 juta hektare luas perkebunan sawit, 6,04 juta hektar atau 41% dikelola oleh petani swadaya dan dari total produksi sebanyak 44,8 juta ton, 35% di antaranya atau 15,68 juta ton adalah hasil dari sawit rakyat.

Sebagai Functional Food, Minyak Makan Merah ini tidak hanya untuk menggoreng, tetapi bisa dikonsumsi sebagai minyak makan, suplemen atau emulsi anti-stunting dan kosmetik alami.

Sebagai informasi, ekosistem usaha pengembangan Minyak Makan Merah dilakukan koperasi dengan kerja sama dan kolaborasi multipihak yang meliputi petani swadaya terkonsolidasi dalam wadah koperasi. Koperasi berperan sebagai aggregator sekaligus offtaker pertama hasil sawit rakyat (tandan buah segar/TBS) dengan Harga Pokok Produksi (HPP) terbaik.

Pendampingan kelembagaan dan proses bisnis Koperasi oleh KemenkopUKM, pembiayaan modal kerja bagi Petani Sawit anggota Koperasi melalui KUR oleh Himbara, pembiayaan modal kerja bagi Koperasi untuk membeli TBS dari petani (offtaker pertama) oleh LPDB-KUKM.

"Sementara koperasi yang mengelola Pabrik CPO dan Pabrik Minyak Makan Merah, di mana pembiayaannya akan didukung oleh pembiayan modal investasi (mesin) oleh BPDPKS dan pembiayan modal kerja bagi Koperasi oleh LPDB-KUKM," terangnya.

Pabrik Minyak Makan Merah terdiri dari 12 komponen mesin dengan kandungan lokal (TKDN) 70%, dengan kebutuhan pembiayaan yaitu Rp 8,142 miliar untuk kapasitas 10 ton per hari, sedangkan untuk Pabrik CPO membutuhkan biaya Rp 15 miliar untuk kapasitas 50 ton perhari (5 ton per Jam).

"Diproyeksikan koperasi akan mendapat profit per hari sebesar Rp 17.813.000 atau Rp 5.343.900.000 per tahun dengan Payback Periode 4 tahun dan 3 bulan," sebutnya.



Simak Video "Zulhas Pastikan Minyak Goreng Curah Tetap Ada di Pasaran"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads