Stabilitas sektor keuangan dalam negeri bisa 'goyang' dengan adanya ancaman stagflasi hingga cacar monyet. Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus siap-siap.
Presiden Direktur Centre for Banking Crisis (CBC), Achmad Deni Daruri, mengatakan pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 17 Agustus 2022, layak diparesiasi. Ada rencana merombak UU Bank Indonesia (BI) di mana tugas BI bukan hanya mengelola inflasi dan nilai tukar rupiah, namun juga pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan stabilitas sektor keuangan.
Untuk itu, kata Deni, struktur dan perilaku OJK di bawah kendali Mahendra Siregar harus bisa menyesuaikan dengan tantangan tersebut. Pergantian pimpinan OJK memang memberikan harapan bahwa OJK akan melakukan perubahan yang tepat menyongsong tantangan tersebut.
Deni mengingatkan akan pentingnya koordinasi untuk meminimalkan konflik, persaingan berakhir, pemborosan, penundaan, ketidakpedulian, dan masalah organisasi lainnya. Ini memastikan kelancaran fungsi organisasi.
Oleh karena itu, dengan bantuan koordinasi organisasi dapat memenuhi tujuannya dengan segera. Individu yang berkoordinasi satu sama lain menjadi lebih mengenal satu sama lain, mengurangi kemungkinan konflik yang tidak perlu di antara mereka dan setiap individu mencoba level terbaiknya untuk mendukung rekan satu timnya. Hasilnya meningkatkan tingkat ikatan di antara mereka.
"Ketua OJK jangan seperti yang lalu yang hanya berkecimpung pada taksonomi-taksonomi green saja. Ketua OJK harus keluar dari perangkap sektoral dan terpaku pada kontrol semata. Kontrol adalah kekuatan menahan dan mengatur dengan mana sesuatu dapat dimulai, diperlambat atau dihentikan," ungkapnya, Selasa (23/8/2022).
Di balik kelemahan itu, Deni mengapresiasi keberjhasilan OJK yang berhasil merestrukturisasi Bank Bukopin hingga Bank Muamalat, berhasil menyelamatkan dana haji.
Per Mei 2022, OJK mencatat total outstanding restrukturisasi perbankan mencapai Rp 596,25 triliun. Angka tersebut turun Rp 10,14 triliun ketimbang bulan sebelumnya. Sementara akhir 2021, angka tersebut turun 67,24%.
Adapun NPL perbankan di saat yang sama, masih cukup terjaga. Berdasarkan data OJK, NPL gross per Mei 2022 mencapai 3%, dan NPL nett sebesar 0,85%. Secara gross, NPL tersebut stagnan dari dibanding 2021 yang tercatat 3%. Namun turun secara net dari 0,88%.
Simak Video "Kenali Gejala Awal Cacar Monyet"
(ang/ang)