Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) tetap berpandangan jika bantuan sosial (bansos) merupakan salah satu penyebab tingginya harga telur ayam. Padahal, hal tersebut telah dibantah Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Zulhas menyebut, ada tiga penyebab harga telur naik. Pertama, hal itu terjadi karena pada 2021 harga telur ayam turun sampai Rp 14.000/kg. Oleh karena itu, peternak melakukan pengurangan induk atau afkir dini sehingga pasokan telur berkurang.
"Memang kenaikan itu, satu, dampak dari pada tahun 2021 telur itu waktu itu sampai Rp 14.000 kita masih pandemi. Rp 14.000 itu rugi karena ongkosnya telur itu Rp 24.000. Oleh karena itu pada waktu itu terjadi apa yang kita sebut afkir dini. Induknya dipotong dijadikan ayam potong dampaknya tentu sekarang," katanya dalam rapat kerja di Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (30/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, penyebab harga telur naik adalah bansos. Memang, hal tersebut dibantah Menteri Sosial Tri Rismaharini, tapi Zulhas mengatakan bantuan yang diberikan pemerintah ke daerah dijadikan dalam bentuk pangan termasuk telur ayam.
"Kedua kenaikan itu memang Mensos tidak membeli telur, tidak, tapi memberikan bantuan kepada daerah, daerah dan dijadikan itu bantuan dalam bentuk pangan. Dan itu rupanya kesepakatan Kementerian Perdagangan dan Mensos dulu," katanya.
"Karena telur dulu tuh nggak laku. Kebijakan ini diteruskan walaupun zaman sudah berbeda. PKH-PKH bantuannya dibelikan pangan antara lain telur. Dan ini rapel 3 bulan sehingga dalam waktu 5 hari jadi banyak kesedot akhirnya pasokan pasar kurang sedikit maka harga menjadi naik," sambungnya.
Ketiga, penyebab naiknya harga telur ayam adalah pulihnya ekonomi yang memicu permintaan."Ini juga mengakibatkan permintaan naik," tambahnya.
Bansos sebagai penyebab harga telur naik sebelumnya dibantah Risma. Dia mengatakan, pihaknya tak memiliki program penyaluran dalam bentuk beras maupun telur.
"Jadi dulu telur harganya jatuh, kami yang salah karena kami nggak membeli, didemo industri peternak ayam, kenapa nggak mau beli Kemensos. Tapi bukan itu jawabannya. Jawabannya adalah, jadi sebenarnya kami nggak ada program dalam bentuk Natura baik beras maupun telur itu nggak ada, kami memberikannya lewat bank, mosok bank mau ngasih beras. Jadi kami kasih uang ke bank," kata Risma saat menghadiri peluncuran program layanan kesehatan untuk 435 desa di Kantor PDIP Kabupaten Bogor, Kamis (25/8).
Risma menyerahkan masyarakat terkait penggunaan bantuan sosial itu. Dalam hal ini, Risma menegaskan pihaknya tidak memberikan aturan pembelian produk di masyarakat.
"Nah, di masyarakat terserah, tapi yang jelas itu untuk kebutuhan nutrisi, untuk kebutuhan hidup, mereka boleh pilih, kami tidak memaksanya telur. Salah. Jadi boleh ikan, daging, telur. Jadi kalau (harga telur) naik, kami juga nggak tahu. Kalau ternyata penerima bansos itu membeli telur, ya kami nggak tahu, karena nutrisi itu bukan hanya telur," ungkap Risma.
"Jadi kalau (harga telur) turun, saya disalahkan, kenapa enggak beli telur kami. Kalau naik kami disalahkan karena membelinya. Tapi saya nggak komentari itu ya. Tapi yang jelas kami bantunya dalam bentuk tunai. Program apa pun itu kami lewat cash, kecuali lewat PT Pos, kecuali yang lansia yang dia ngambil bank. Kami punya datanya," tambah Risma.
(acd/zlf)