Sri Mulyani Kutip Bos The Fed Soal 'Pil Pahit' Buat Tekan Inflasi, Apa Itu?

Sri Mulyani Kutip Bos The Fed Soal 'Pil Pahit' Buat Tekan Inflasi, Apa Itu?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 31 Agu 2022 17:05 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hadiri rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI. Sri Mulyani membahas kondisi ekonomi di tahun 2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bicara soal pesakitan ekonomi demi menurunkan inflasi yang banyak dilakukan negara-negara maju. Menurutnya bank sentral di negara-negara maju, misalnya bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi.

Langkah itu menimbulkan berbagai dampak negatif bagi perekonomian. Ekonomi dipaksa untuk melemah demi menurunkan tingginya inflasi.

"Determinasi bank sentral di AS dan Eropa untuk melawan inflasi bahkan dengan cost berbentuk pain tadi. Pain itu dalam bentuk pelemahan ekonomi," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil dari pesakitan ekonomi ini, menurut Sri Mulyani akan segera memberikan hasil berupa penurunan harga-harga di tengah masyarakat.

"Maka di 2023 kita proyeksi kan bahwa kalau negara maju antisipasi di dalam rangka kendalikan inflasi mereka akan ambil risiko pelemahan ekonomi, maka kemungkinan harga yang jadi pressure points yaitu pangan dan energi bisa menjadi lebih rendah dan normal," ungkap Sri Mulyani.

ADVERTISEMENT

Sri Mulyani juga sempat mengutip secara langsung pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell soal langkah ekstrem menaikkan suku bunga dan menyampaikannya ke para anggota DPR RI.

"Reducing inflation is likely to require a sustained period of below-trend growth. While higher interest rates, slower growth and softer labor market conditions will bring down inflation, they will also bring some pain to households and businesses. These are the unfortunate costs of reducing inflation," ucap Sri Mulyani.

Pernyataan Jerome Powell yang dikutip Sri Mulyani menyatakan bahwa menakan inflasi kemungkinan menekan pertumbuhan ekonomi di bawah tren positif. Tingginya bunga acuan membuat pertumbuhan ekonomi melambat dan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih lemah akan menekan inflasi.

Hal itu juga akan membawa dampak bagi rumah tangga dan bisnis. Hal-hal semacam ini adalah 'biaya' yang tidak menguntungkan untuk mengurangi inflasi.

(hal/ara)

Hide Ads