Harga komoditas emas terus mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Penurunan harga ini terpantau dari logam mulia 24 karat keluaran Antam.
Kalau ditarik sejak awal tahun 2022, harga emas Antam mengalami naik turun yang cukup bikin jantungan.
Mengutip data di situs logammulia.com, pada 3 Januari 2022, harga emas antam adalah Rp 945.000/gram. Harganya merangkak naik dan menyentuh rekor tertinggi pada 1.036.000/gram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Harganya Rontok Terus, Waktunya Borong Emas? |
Setelah itu pergerakannya naik turun. Namun, penurunan paling terasa mulai terlihat pada pertengahan agustus hingga hari ini. Pada 16 September hari ini, harga emas Antam berada di Rp 933.000.000/gram atau turun Rp 103.000 dari posisi tertingginya.
Pergerakan harga emas Antam ini sejalan dengan harga emas dunia yang juga tengah dalam tren penurunan. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, harga emas per 15 September kemarin merupakan yang terendah dalam 2022, yakni mencapai US$ 1.660/oz.
Di sisi lain, dirinya meyakini angka tersebut akan terus menurun seiring dengan inflasi AS dan bank sentralnya yang akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini.
"Terhitung akan turun US$ 1.650/oz atau di bawahnya kemungkinan besar di tanggal 21 atau 22 September, di mana Bank Sentral Amerika akan menaikkan suku bunga 75 bp atau di 100 bp," kata Ibrahim, kepada detikcom, Jumat (16/09/2022).
"Kita deal-dealan nih, kira-kira di berapa. Tapi kalau saya ada, kemungkinan besar bahwa emas dunia akan dibawah US$ 1.650/oz, kemungkinan di US$ 1.600-an/oz. Tapi saya menggunakan angka US$ 1.650/oz karena lebih moderat lah," jelasnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya
Dengan demikian, apabila kita bandingkan, telah terjadi penurunan yang cukup jauh mencapai US$ 410/oz atau setara Rp 6,15 juta/oz.
"Oh luar biasa (turunnya). Biasanya kan kalau inflasi tinggi harga emas naik kan. Tapi sekarang nggak, inflasi tinggi malah harga emas turun," ujar Ibrahim
Menurutnya, hal ini terjadi lantaran harga emas sangat erat kaitannya dengan kondisi perekonomian global, terutama menyangkut inflasi AS yang tembus di atas 8% serta Rusia yang akan menghentikan aliran minyak dan gasnya ke Eropa, mengindikasikan Eropa berkemungkinan akan mengalami inflasi cukup tinggi.
"Kenaikan suku bunga 75% di Eropa ini bukan berarti harga emas ini naik tapi harga emas jatuh. Karena kondisi resesi ini membuat negara-negara Eropa kacau balau. Ini yang membuat inject dolar terus mengalami penguatan," jelas Ibrahim.
Bahkan untuk inflasi AS sendiri, pada kuartal 3 tahun ini diprediksi akan terkontraksi 0,6%. Apabila itu terjadi, AS berarti masuk ke resesi dan bank sentralnya akan berkemungkinan menaikkan suku bunganya di bulan ini.
Lebih lanjut, Analis Komoditas Ariston Tjendra mengungkapkan, belakangan muncul ekspektasi bahwa Bank Sentral AS akan menaikan sebesar 100 basis poin, lebih tinggi dari sebelumnya 75 basis poin.
"Ekspektasi ini mendorong penguatan dollar AS sehingga menekan Harga Emas yang dinilai dalam dollar AS," kata Ariston.
Tidak hanya itu, Ariston menambahkan, aktivitas para pelaku pasar yang memilih keluar dari aset Emas dan masuk ke aset dollar yang naik tingkat imbal hasilnya juga membuat harga emas tertekan.
Oleh karena itu, penurunan harga emas ini diprediksi akan terus terjadi hingga menjelang akhir tahun ini.