Inggris Krisis Kurir, 115 Ribu Pekerja Pos Mogok Nasional

Inggris Krisis Kurir, 115 Ribu Pekerja Pos Mogok Nasional

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 10 Okt 2022 13:38 WIB
TOPSHOT - A Royal Mail postal worker stands at a picket line outside the Basingstoke delivery office on August 26, 2022 during a strike over pay. - The Royal Mail Basingstoke delivery office had a 100 percent turnout for the nationwide strike with each of its 220 workers, all members of the Communication Workers Union (CWU), taking part. (Photo by Adrian DENNIS / AFP) (Photo by ADRIAN DENNIS/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/ADRIAN DENNIS
Jakarta -

Serikat pekerja yang mewakili pekerja pos Inggris akan bertemu dengan Royal Mail. Royal Mail merupakan salah satu layanan pos tertua di dunia yang berasal dari Inggris.

Pertemuan ini adalah upaya menemukan jalan tengah atas perselisihan yang terjadi. Sekitar 115 ribu pekerja pos Inggris diketahui melakukan aksi mogok kerja serempak.

"Kami menyambut perkembangan ini di tengah perselisihan yang pahit ini, tapi kami tidak dapat menjamin pertemuan ini akan membuahkan hasil," kata Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Komunikasi (CWU) Dave Ward, dikutip dari CNBC, Senin (10/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agustus lalu pekerja pos di Inggris mendukung aksi mogok massal sebagai protes atas keputusan kenaikan gaji. Royal Mail hanya menaikkan gaji 2%, sementara inflasi Inggris mendekati 10%.

Tanpa resolusi, Inggris menghadapi 19 hari lagi aksi mogok pekerja pos menjelang event belanja besar-besaran. Salah satunya adalah Black Friday dan Cyber Monday.

ADVERTISEMENT

Aksi mogok kerja diorganisir khusus di tanggal 13, 20, 25 dan 28 Oktober, atau Cyber Monday. Sebagian divisi pekerja lainnya akan mogok di tanggal lain.

CWU mengatakan, skala pegawai yang mogok ini menunjukkan amarah para anggota serikat pekerja atas perlakuan eksekutif Royal Mail.

Di sisi lain, bos Royal Mail Simon Thompson menyebut perusahaan kehilangan sekitar US$ 1,1 juta atau Rp 16,7 triliun (kurs Rp 15.200) per hari. Aksi ini mengancam para pekerja dan keberlangsungan hidupnya di masa depan, dan menuduh serikat pekerja membahayakan posisi kompetitifnya.

Simon Thompson juga menyatakan keengganan untuk menaikkan ekspektasi, dan mencatat kedua pihak masih berjauhan dan banyak masalah.

"Namun, saya tahu bahwa prospek aksi mogok 19 hari ini mengkhawatirkan banyak orang. Banyak pesan yang saya terima dari staf, saya juga tahu ada keinginan kuat untuk menyelesaikan perselisihan ini," ujarnya.

(dna/dna)

Hide Ads