Serikat pekerja yang mewakili pekerja pos Inggris akan bertemu dengan Royal Mail. Royal Mail merupakan salah satu layanan pos tertua di dunia yang berasal dari Inggris.
Pertemuan ini adalah upaya menemukan jalan tengah atas perselisihan yang terjadi. Sekitar 115 ribu pekerja pos Inggris diketahui melakukan aksi mogok kerja serempak.
"Kami menyambut perkembangan ini di tengah perselisihan yang pahit ini, tapi kami tidak dapat menjamin pertemuan ini akan membuahkan hasil," kata Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Komunikasi (CWU) Dave Ward, dikutip dari CNBC, Senin (10/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agustus lalu pekerja pos di Inggris mendukung aksi mogok massal sebagai protes atas keputusan kenaikan gaji. Royal Mail hanya menaikkan gaji 2%, sementara inflasi Inggris mendekati 10%.
Tanpa resolusi, Inggris menghadapi 19 hari lagi aksi mogok pekerja pos menjelang event belanja besar-besaran. Salah satunya adalah Black Friday dan Cyber Monday.
Aksi mogok kerja diorganisir khusus di tanggal 13, 20, 25 dan 28 Oktober, atau Cyber Monday. Sebagian divisi pekerja lainnya akan mogok di tanggal lain.
CWU mengatakan, skala pegawai yang mogok ini menunjukkan amarah para anggota serikat pekerja atas perlakuan eksekutif Royal Mail.
Di sisi lain, bos Royal Mail Simon Thompson menyebut perusahaan kehilangan sekitar US$ 1,1 juta atau Rp 16,7 triliun (kurs Rp 15.200) per hari. Aksi ini mengancam para pekerja dan keberlangsungan hidupnya di masa depan, dan menuduh serikat pekerja membahayakan posisi kompetitifnya.
Simon Thompson juga menyatakan keengganan untuk menaikkan ekspektasi, dan mencatat kedua pihak masih berjauhan dan banyak masalah.
"Namun, saya tahu bahwa prospek aksi mogok 19 hari ini mengkhawatirkan banyak orang. Banyak pesan yang saya terima dari staf, saya juga tahu ada keinginan kuat untuk menyelesaikan perselisihan ini," ujarnya.
(dna/dna)