Sementara itu, menurut kabar yang diterima Jokowi dari lembaga-lembaga Internasional, 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps. Bahkan 345 juta orang di 82 negara menderita krisis pangan.
"Sebagian di negara Eropa sudah mulai masuk ke resesi. Ini nanti masuk ke winter mereka akan kesulitan untuk mendapatkan pemanas dari gas. sehingga memang kondisi negara-negara di dunia betul-betul pada posisi yang sangat tidak mudah," kata Jokowi.
Kondisi ini berimbas pada naiknya inflasi secara global. Harga-harga barang mengalami kenaikan tetapi pertumbuhan ekonomi anjlok. Ditambah lagi, dari hasil kunjungannya bertemu Presiden Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu, Jokowi menyimpulkan perang masih akan berlanjut dalam waktu panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari pembicaraan 1,5 jam plus 2,5 jam saya menyimpulkan perang tidak akan usai dalam waktu yang dekat, masih panjang dan inilah yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi global," tambahnya.
Meski begitu, ada hal yang masih disyukuri Jokowi, yakni ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,44% pada kuartal II-2022. Hal ini didukung oleh sistem ketahanan pangan yang baik dan swasembada beras di tahun 2019, ditandai dengan diperolehnya sertifikat dari International Rice Riset Institute (IRRI).
"Ini pertumbuhan ekonomi termasuk yang terbaik di dunia karena hal-hal yang fundamental, reformasi struktural, reformasi birokrasi, terus kita jalankan meskipun pandemi," ujarnya.
(aid/dna)