Bagaimana sebuah negara tumbuh dan berkembang sangat dipengaruhi oleh bagaimana gaya kepemimpinan kepala negaranya.
Salah satu taipan di tanah air, Dato Sri Tahir punya pandangan, sedikitnya ada 3 pemimpin negara yang bisa jadi perhatian karena gaya kepemimpinannya yang melayani. Siapa saja mereka?
Elizabeth II
Dengan meninggalnya Ratu Elizabeth II, dunia berkabung. Dan dalam saat berkabung ini kita jadi mempunyai waktu untuk merefleksikan karakter dan kepemimpinan seseorang.
Dalam Op-Ed kali ini saya merefleksikan kepemimpinan Ratu Elizabeth II, Lee Kuan Yew, dan Presiden Jokowi yang semuanya mempunyai jiwa melayani, nyali, dan pengabdian.
Ratu Elizabeth II
Ratu Elizabeth II, sebelumnya "hanya" seorang putri monarki yang menempati urutan ke-5 dalam garis suksesi tahta. Pastinya, dulu tidak ada yang menyangka jika akhirnya sang putri menjadi ratu dengan masa pemerintahan yang terlama.
Pada masa Elizabeth masih kecil, Inggris diperintah oleh Raja George V. Anak tertua Raja George, adalah Edward VIII, sang putra mahkota. Dengan meninggalnya Raja George V, Edward VIII dimahkotai sebagai raja.
Akan tetapi pada tahun yang sama Edward VIII memutuskan untuk turun tahta dan menikahi sosialita. Sehingga, saudarnya, George VI menggantikan Edward VIII. Anak pertama George VI adalah Elizabeth, yang saat itu berusia hanya 10 tahun. Dengan naiknya George VI menjadi raja, Elizabeth memasuki kehidupan istana Buckingham.
Sebagai putri, Elizabeth sudah mulai menunjukkan semangat, nyali, dan pengabdiannya pada rakyatnya. Pada saat perang dunia ke II, Elizabeth tidak bersembunyi di istana, melainkan bergabung dengan pasukan militer Inggris, sebagai montir. Dalam pidatonya sang putri memberi semangat dan simpati pada rakyatnya.
Pada saat upacara naik tahta, Ratu Elizabeth II dalam sumpahnya berjanji bahwa seluruh hidupnya akan didedikasikan untuk melayani rakyatnya dan keluarga kerajaan yang menjadi milik Britania Raya. Selain itu, ketika menjadi Ratu, Elizabeth juga menjadi defender of faith dan kepala gereja Anglikan. Suatu hal yang bukan hanya gelar seremonial, tetapi dilaksanakan oleh Ratu Elizabeth sebagai perwujudan iman dan ibadahnya.
Janji pada rakyatnya dan ibadah benar-benar ditunaikan oleh sang mendiang ratu. Dalam pidato-pidato eulogi para mantan perdana menterinya (Boris Johnson, Theresa May, Liz Truss), mereka mengenang Ratu Elizabeth II sebagai sosok pemimpin monarki, Ratu yang tulus melayani rakyatnya, dan memberikan pilar kestabilan.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(dna/dna)