Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 4,99 miliar per September 2022. Ini merupakan torehan surplus 29 kali berturut-turut.
Meski begitu Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan neraca dagang Indonesia masih tekor dengan tiga negara utama mitra dagang. Defisit berasal dari kegiatan dagang nonmigas.
"Ada tiga negara yang defisit neraca perdagangan non migas," kata dia dalam konferensi pers, Senin (17/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setianto menyebutkan Indonesia saat ini masih defisit neraca dagang dengan Australia yaitu sebesar US$ 647,5 juta. Dia menjelaskan komoditas penyumbang defisit terbesar adalah bahan bakar mineral, serealia, logam mulia dan perhiasan atau permata.
Selanjutnya Indonesia defisit perdagangan dengan Thailand sebesar US$ 334 juta. Komoditas penyumbang defisit terbesar adalah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, plastik dan barang dari plastik, kendaraan dan bagiannya.
Kemudian, Indonesia kalah tekor dengan Brasil sebesar US$ 263,1 juta di September 2022. Adapun komoditas penyumbang utama adalah ampas dan sisa industri makanan, gula dan kembang gula, serta daging hewan.
"Tapi Indonesia mengalami surplus dagang dengan Amerika Serikat senilai US$ 1,25 miliar. Komoditas penyumbang adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, alas kaki, lemak hewan dan minyak hewani/nabati," jelas dia.
Tak cuma AS, RI juga surplus neraca dagang dengan India senilai US$ 1,21 miliar. Komoditas penopangnya adalah lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral, besi dan baja. Surplus dagang selanjutnya dengan Filipina senilai US$ 1,13 miliar yang ditopang oleh bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, bijih logam, terak, dan abu.
(kil/das)