Mendag: Indonesia Berhasil Pertahankan Rekor Surplus Perdagangan 29 bulan

Mendag: Indonesia Berhasil Pertahankan Rekor Surplus Perdagangan 29 bulan

Arief Budiman - detikFinance
Rabu, 19 Okt 2022 12:36 WIB
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) melakukan pertemuan dengan petani tembakau. Setelah pertemuan tersebut, Zulhas mengunjungi salah satu pabrik rokok di Kudus, Jawa Tengah, Rabu (28/9/2022).
Foto: Humas Kemendag
Jakarta -

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan capaian surplus neraca perdagangan September 2022 sebesar USD 4,99 miliar menunjukkan kemampuan ekonomi Indonesia bertahan di tengah berbagai krisis. Surplus perdagangan September 2022 disumbang surplus perdagangan non migas sebesar USD 7,09 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar USD 2,10 miliar. Surplus ini menjadi capaian surplus bulanan ke 29- secara berturut-turut.

"Surplus perdagangan bulan September 2022 ini melanjutkan tren surplus secara beruntun sejak bulan Mei 2020. Indonesia berhasil mempertahankan rekor surplus perdagangan selama 29 bulan berturut-turut. Surplus perdagangan USD 4,99 miliar ini dicatatkan di tengah sejumlah tekanan kondisi perekonomian global seperti lonjakan inflasi di sejumlah negara, konflik Rusia-Ukraina yang belum mereda, pengetatan kondisi keuangan di sebagian besar wilayah, serta pandemi COVID-19 yang masih belum sepenuhnya pulih," kata Zulkifli dalam keterangan tertulis, Rabu (19/10/2022).

Selain itu, lebih jauh, surplus perdagangan Indonesia bulan September 2022 didorong surplus dagang dengan beberapa negara mitra dagang. Filipina menjadi negara mitra dagang yang menyumbangkan surplus terbesar dengan nilai surplus sebesar USD 1,13 miliar. KEmudian, surplus perdagangan dengan India sebesar USD 1,07 miliar. Negara ketiga penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat (AS) dengan surplus USD 1,07 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari - September 2022 mengalami surplus USD 39,87 miliar. Surplus perdagangan Januari-September 2022 ini ditopang oleh surplus non migas USD 58,75 miliar serta defisit migas sebesar USD 18,89 miliar. Angka tersebut jauh melebihi capaian surplus perdagangan tahun 2021 sebesar USD 35,33 miliar.

"Meskipun harga komoditas cenderung melandai, permintaan global melemah dan terdapat ancaman resesi pada 2023, Indonesia diperkirakan masih dapat menikmati surplus neraca perdagangan di tahun ini," ungkap Zulkifli.

ADVERTISEMENT

Ekspor Bulan September 2022 Melemah

Pada September 2022, total ekspor mencapai USD 24,80 miliar atau turun 10,99% dibanding Agustus 2022 (MoM). Hal ini mengikuti pola penurunan bulanan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Ekspor tersebut didorong oleh penurunan ekspor non migas sebesar 10,31 persen MoM dan ekspor migas yang turun 21,41% MoM.

Meski ekspor September 2022 turun secara bulanan, namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, ekspor september 2022 justru mengalami peningkatan sebesar 20,28% YoY. Pertumbuhan ekspor yang tinggi ini didorong oleh adanya kenaikan signifikan pada ekspor migas sebesar 41,80% dan ekspor non migas yang tumbuh sebesar 19,26% YoY.

Penurunan nilai ekspor secara bulanan pada September 2022 lebih disebabkan turunnya permintaan dan harga komoditas di pasar global, serta turunnya ekspor produk unggulan Indonesia. Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami kontraksi pada bulan September 2022 dibanding Agustus 2022 (MoM), antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) turun 31,91%; tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 31,05%; pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61) turun 30,75%; timah dan barang daripadanya (HS 80) turun 25,33%; serta pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62) turun 18,18%.

Disisi lain, beberapa produk utama ekspor non migas yang mengalami peningkatan tertinggi pada bulan September 2022 (MoM), yakni biji logam, terak, dan abu (HS 26) naik 29,07%; kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 4,79%; pulp dari kayu (HS 47) naik 3,84%; ampas dan sisa industri makanan (HS 23) naik 2,23%; dan plastik dan barang dari plastik HS 39) naik 1,37%.

"Angka ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) di September 2022 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Adapun negara utama yang menjadi tujuan ekspor Kendaraan dan Bagiannya adalah Filipina, Vietnam, dan Thailand. Potensi ekspor Kendaraan dan Bagiannya dapat dijadikan sumber utama penguatan ekspor di saat menurunnya harga komoditas dan transformasi ekspor ke sektor manufaktur,"tuturnya.

Zulkifli juga menyampaikan Tiongkok, AS, dan Jepang masih menjadi pasar utama ekspor non migas Indonesia pada September 2022 dengan nilai ekspor non migas sebesar USD 10,37 miliar dan kontribusi sebesar 44,17% terhadap ekspor non migas nasional.

Selain itu beberapa pasar utama tujuan ekspor non migas Indonesia yang mengalami pertumbuhan tertinggi di bulan September 2022 (MoM) adalah Bangladesh dengan kenaikan 39,22%; diikuti Polandia naik 30,83%; Spanyol naik 20,00%; Jerman naik 15,86%; dan Filipina naik 5,50%. Diantara sepuluh negara utama tujuan ekspor non migas Indonesia pada September 2022, hanya Filipina yang mengalami peningkatan secara bulanan (MoM) yang didukung utamanya oleh kenaikan ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87 yang naik 15,80% MoM dan bijih logam, terak, dan abu (HS 26) yang nilainya cukup tinggi.

Total ekspor selama periode Januari-September 2022 tercatat mencapai USD 219,35 miliar atau meningkat sebesar 33,49% dibanding periode tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh penguatan ekspor sektor non migas yang baik sebesar 33,21% YoY menjadi USD 207,19 miliar dan ekspor sektor migas yang naik 38,56% YoY menjadi sebesar 12,16 miliar.

"Kementerian Perdagangan optimis untuk terus mendorong peningkatan ekspor pada tiga bulan terakhir sehingga ekspor non migas tahun ini diharapkan dapat mencatat rekor tertinggi," tegas Zulkifli.

Baca halaman berikutnya..

Impor Bulan September 2022 Turun Dibanding Agustus 2022

Total impor Indonesia bulan September 2022 mencapai nilai USD 19,81 miliar, turun 10,58% dibanding Agustus 2022 (MoM), namun masih meningkat 22,01% dibanding September tahun lalu (YoY).

"Penurunan kinerja impor pada bulan September 2022 dipicu oleh menurunnya impor non migas sebesar 11,21% MoM dan penurunan impor migas turun 7,44% MoM," jelas Zulkifli.

Zulkifli mengungkapkan penurunan impor bulan September 2022 dibanding bulan sebelumnya terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang impor. Penurunan terdalam dialami oleh impor barang konsumsi yang nilainya turun 14,13% MoM, diikuti bahan baku/penolong yang turun 11,07% MoM dan barang modal yang turun 6,39% MoM.

Penurunan impor di September diduga akibat terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang membuat impor menjadi semakin mahal. Selain itu, penurunan impor turut disebabkan oleh menurunnya konsumsi domestik sebagaimana tercermin dalam prakiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia yang terkontraksi 09% secara bulanan dan pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melemah menjadi 124,7 pada September 2022. Barang konsumsi yang menurun signifikan antara lain daging hewan (HS 02) turun 19,56% dan susu, mentega,dan telur (HS 04) turun 33,30%. Sedangkan untuk barang modal yang impornya turun adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85) turun 11,45 % dan mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84) turun 6,65%. Sementara bahan baku/penolong yang turun adalah garam, belerang, batu dan semen (HS 25) turun 41,03%; pupuk (HS 31) turun 38,64%; besi dan baja (HS 72) turun 25,57%;aluminium dan barang daripadanya (HS 76) turun 24,06 %; bahan bakar mineral (HS 27) turun 20,84%; serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) turun 16,72%.

Lebih lanjut, Zulkifli menyampaikan secara kumulatif total impor pada periode Januari-September 2022 mencapai USD 179,49 miliar, naik 28,93% dari Januari-September 2021 (YoY). Pertumbuhan impor tersebut didorong oleh naiknya impor non migas sebesar 21,68% dan melonjaknya impor migas sebesar 80,21% YoY.



Simak Video "Gaya Mendag Zulhas Musnahkan Produk Impor Ilegal Rp 11 Miliar"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads