Ekonomi Dunia Loyo Bukan Cuma Gara-gara Bunga Acuan Naik, Ini Sebabnya

Ekonomi Dunia Loyo Bukan Cuma Gara-gara Bunga Acuan Naik, Ini Sebabnya

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 21 Okt 2022 10:23 WIB
BPS telah resmi mengumumkan data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 3,51% secara year on year (yoy).
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Ekonomi dunia saat ini masih mengalami tekanan. Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi masih melambat.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan melambatnya perekonomian terjadi karena beberapa faktor, salah satunya langkah negara-negara maju yang mengerek suku bunga acuan secara agresif.

"Kenaikan suku bunga ini tak hanya memberikan tekanan ke negara sendiri tapi juga untuk negara di sekitarnya," kata dia dalam acara peluncuran buku KSK, Jumat (21/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Destry menjelaskan kondisi ini juga ditambah dengan ketidakpastian di global. Lalu naiknya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

Ada juga gelombang panas yang terjadi di beberapa negara di Eropa hingga kebijakan proteksionisme serta kebijakan zero COVID-19.

ADVERTISEMENT

"Kondisi ini membuat ekonomi China tertahan sehingga akan ada fenomena perlambatan atau mild recession," jelas dia.

Deputi Gubernur BI Destry Damayanti (Sylke Febrina Laucereno)Deputi Gubernur BI Destry Damayanti (Sylke Febrina Laucereno) Foto: Deputi Gubernur BI Destry Damayanti (Sylke Febrina Laucereno)

Dalam kesempatan ini, Gubernur BI Perry Warjiyo melakukan Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No. 39. Perry menjelaskan buku yang bertajuk 'Sinergi dan Inovasi Kebijakan untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional' ini merangkum upaya BI untuk memulihkan ekonomi domestik yang masih dibayangi ketidakpastian.

Selain itu dalam buku KSK ini juga dimuat bauran kebijakan BI yang ditempuh untuk pemulihan ekonomi nasional. Mulai dari kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan inovatif, bersinergi dengan Komit Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

BI prediksi ekonomi global. Cek halaman berikutnya.

Sebelumnya BI memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diprakirakan akan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, bahkan disertai dengan risiko resesi di beberapa negara.

Revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi terjadi di sejumlah negara maju terutama Amerika Serikat (AS) dan Eropa, dan juga di Tiongkok. Perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif.

Dampak rambatan dari fragmentasi ekonomi global diprakirakan juga akan menyebabkan perlambatan ekonomi di Emerging Markets (EMEs). Sementara itu, tekanan inflasi dan inflasi inti global masih tinggi seiring dengan berlanjutnya gangguan rantai pasokan sehingga mendorong bank sentral di banyak negara menempuh kebijakan moneter yang lebih agresif.

Kenaikan Fed Funds Rate yang diprakirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang (higher for longer) mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan atau depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Tekanan pelemahan nilai tukar tersebut semakin tinggi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, dan di negara EMEs termasuk Indonesia diperberat pula dengan aliran keluar investasi portofolio asing.


Hide Ads