Pemerintah melarang sementara penjualan obat sirup buntut banyaknya kasus gangguan ginjal akut di Indonesia. Pegawai apotek menceritakan hal ini membuat pembeli jadi sepi.
Dia adalah Fitri, pegawai Apotek Dua Putri, Tangerang Selatan. Saat ditemui, dia mengatakan pembeli jadi sepi dan omzet menurun dalam beberapa hari ini imbas larangan jual obat cair.
"Dampaknya jadi sepi, omzet turun. Belum dihitung penurunannya berapa karena baru beberapa hari jadi belum kelihatan, tapi ngerasanya sepi," kata Fitri kepada detikcom di Tangerang Selatan, Jumat (21/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fitri hanya bisa berharap cepat ada kepastian dan solusi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait larangan penjualan obat sirup.
"Kalau kita sih nggak apa, gimana bagusnya aja. Itu keputusannya baik sih tapi memang di segi lainnya kita jadi sepi. Harapannya ini hanya sementara, nggak lama-lama sembari nunggu pengumuman BPOM," tuturnya.
Pegawai apotek lainnya di wilayah Ciputat Baru, Tangerang Selatan, juga merasakan sepinya pembeli sejak ada larangan obat sirup. Kemungkinan dari mereka yang sakit jadi takut mengkonsumsi obat-obatan karena adanya berita itu.
"Harapannya supaya cepat selesai ini. Sekarang orang sakit butuh obat, jadi yang sakit itu takut minum obat, gimana tuh kalau kayak gitu. Jadi 'saya sakit, tapi saya takut minum obat' ya kasihan juga," tutur pegawai apotek bernama Evi.
Evi mengaku biasanya bisa menjual hingga 30 botol obat sirup per hari. Dengan adanya larangan ini, otomatis omzet apoteknya jadi tergerus.
"Kalau berpengaruh ke penjualan sih pasti. Tapi balik lagi obat itu nggak bisa untung rugi. Kasarnya orang sakit ya butuh obat, kalau enggak masa kita tetap jual aja, ya nggak gitu," bebernya.
Sekarang apoteknya hanya mengandalkan dari penjualan obat tablet, multivitamin, hingga berbagai kebutuhan lainnya seperti minyak telon, bedak, sabun dan lain-lain.
"Untuk obat tabletnya lumayan agak banyak karena yang keseringan dibeli itu obat rutin kayak obat darah tinggi, kolesterol, vitamin. Namanya orang tua obat-obat itu yang biasa dibeli, itu lebih sering keluar dibanding obat cair," tandasnya.
(aid/ara)