Menteri BUMN Erick Thohir menyentil perusahaan atau BUMN yang membangun hotel yang sebenarnya lini bisnisnya bukan pariwisata. Untu itu pihaknya berencana untuk menggabungkan 103 hotel yang ada di BUMN.
"Kita sedang mengkolodasikan 103 hotel yang ada di BUMN, BUMN jangan bikin hotel sendiri ahlinya minyak ya urusin minyak, ahlinya kebun urusin kebun," kata Erick saat ditemui di sela-sela acara Garuda Indonesia TravelFair 2022, di ICE BSD, Tangerang, Jumat (28/10/2022).
Erick mengatakan penggabungan ratusan hotel BUMN tersebut sudah tergabung di bawah holding BUMN PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero). Setelah digabungkan rencananya hotel-hotel tersebut juga akan direnovasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah yang hotel kita gabungkan, sudah di bawahnya InJourney. Setelah digabungkan kita renovasi. Tetapi tujuan utamanya bukan itu, tujuan utamanya seluruh kebutuhan disuplai umkm samponya, sabunnya, handuknya gituloh kita bisa saling menjaga itu namanya ekosistem," tuturnya.
"103 pokoknya yang pasti bertahap, pertama 23 hotel naik 40. Itu yg kita mau lakukan supaya kita mandiri," pungkasnya.
Dua tahun lalu tepatnya 2020, Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (HIN) atau Inna Group, Iswandi Said juga pernah mengungkapkan konsolidasi hotel dari BUMN-BUMN. Pada saat itu, total hotel yang akan digabungkan disebut 106 hotel.
"Kita untuk membuat konsolidasi ini ada satu tim dari BUMN sekarang ini sedang pembentukan konsultan untuk mencarikan yg terbaik polanya seperti apa. Jadi yang total 106 hotel BUMN itu bermacam-macam kondisinya," kata Iswandi di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2020).
Iswandi menjelaskan, 106 hotel BUMN memiliki kondisi yang berbeda-beda. Kepemilikan aset BUMN di tiap-tiap hotel berbeda karena ada hotel yang dikelola lebih dari satu BUMN, ada pula hotel yang dikelola BUMN dari hasil kerja sama dengan pihak asing.
"Jadi yang total 106 hotel BUMN itu bermacam-macam kondisinya. Nah itu yang dilihat karena masing-masing hotel punya kondisinya beda-beda. Ada yang dia kelola sendiri lalu dia membuat anak perusahaan sendiri untuk sebagai operatornya, ada juga yang dia punya tapi dikasihkan ke operator asing. Ada juga yang benar-benar dikelola sendiri sebagai unit sendiri di perusahaan itu," terangnya.
(ada/dna)