Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 telah selesai diselenggarakan pada 15 dan 16 November 2022 ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyatakan bahwa presidensi G20 ini telah mencapai sejumlah kesepakatan yang dinamakan Deklarasi Pimpinan (Leaders' Declaration).
"Alhamdulillah hari ini kita dapat mengadopsi dan mengesahkan G20 Bali Leaders Declaration ini adalah deklarasi pertama yang dapat diwujudkan sejak Februari 2022," ujar Jokowi di The Apurva Nusa Dua, Bali, Rabu (16/11/2022).
Dalam KTT G20, Jokowi mengatakan ada tiga hasil konkret yang telah disepakati. Pertama, Pandemic Fund telah terkumpul sebanyak US$ 1,5 miliar atau setara Rp 23,4 triliun (kurs Rp 15.600). Pandemic Fund sendiri merupakan kumpulan dana oleh negara-negara di dunia jika terjadi suatu pandemi lagi di depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa hasil yang konkret telah dihasilkan, terbentuknya pandemic fund yang sampai hari ini terkumpul 1,5 billion USD," ungkap Jokowi dalam konferensi pers di Media Center BICC.
Kemudian, terkumpul dana bantuan dari IMF yang disebut pembentukan dan operasionalisasi resilience, and sustainability trust US$ 81,6 miliar. Dana itu akan digunakan untuk membantu negara yang menghadapi krisis.
"Kemudian juga energi transisi mechanism khususnya untuk Indonesia memperoleh komitmen dari just energy transition program sebesar US$ 20 miliar," jelasnya.
Isu Krisis Pangan
Leaders' Declaration yang dihasilkan dalam KTT G20 berisi 52 paragraf yang disepakati. Dalam dokumen tersebut, ada beberapa hal yang menjadi poin penting dan menonjol
Misalnya saja berkaitan dengan krisis pangan. Negara-negara di KTT G20 menyatakan sangat prihatin dengan tantangan terhadap ketahanan pangan global yang diperburuk oleh konflik dan ketegangan.
"Karena itu kami berkomitmen untuk mengambil tindakan mendesak untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kelaparan dan malnutrisi, khususnya untuk mengatasi kerentanan negara-negara berkembang, dan menyerukan transformasi yang dipercepat menuju pertanian yang berkelanjutan dan tangguh dan sistem pangan dan rantai pasokan," bunyi salah satu poin deklarasi G20 Bali.
KTT G20 juga menyatakan komitmennya untuk melindungi negara yang paling rentan terhadap ancaman kelaparan. KTT G20 menyatakan siap menggunakan semua alat yang tersedia untuk mengatasi krisis pangan global.
G20 sendiri akan menggenjot program yang sudah dibuat seperti Global Agriculture and Food Security Program. Mereka juga menyambut baik beberapa inisiatif global, regional dan nasional untuk ketahanan pangan seperti yang dibuat Sekretaris Jenderal PBB Global Crisis Response Group on Food, Energy and Finance, serta Bank Dunia dan IMF dalam tanggapan ketahanan pangan.
Isu Krisis Energi
Dalam dokumen tersebut, negara G20 sepakat untuk mempercepat transisi energi dengan meningkatkan pembangunan pembangkit listrik non emisi atau rendah karbon.
"Kami akan dengan cepat meningkatkan penyebaran pembangkit listrik nol dan rendah emisi, termasuk energi terbarukan sumber daya, dan langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi energi, teknologi, dengan mempertimbangkan keadaan nasional," tulis poin 11.
Dalam dokumen tersebut, negara-negara G20 memang memahami pentingnya percepatan transisi energi ke rendah karbon. Para pemimpin negara tersebut juga berkomitmen untuk mengurangi listrik yang menggunakan tenaga batu bara.
"Kami akan memperkuat kerja sama internasional serta dialog produsen hingga konsumen yang relevan mengamankan keterjangkauan dan aksesibilitas energi dengan membatasi volatilitas harga energi dan meningkatkan teknologi yang bersih, aman, inklusif, dan berkelanjutan, termasuk mengembangkan kawasan interkoneksi energi," lanjut poin tersebut.
Simak Video "Video: Prabowo Tegaskan Komitmen Atasi Perubahan Iklim di KTT G20"
[Gambas:Video 20detik]