Menkeu Inggris Wanti-wanti Resesi, Ekonomi Bisa Minus 1,4%

Menkeu Inggris Wanti-wanti Resesi, Ekonomi Bisa Minus 1,4%

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 17 Nov 2022 22:31 WIB
Britains Foreign Secretary Jeremy Hunt arrives in Downing Street, London, Britain October 16, 2018. REUTERS/Hannah McKay
Foto: Dok. REUTERS/Hannah McKay: Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt
Jakarta -

Pemerintah Inggris melakukan penghematan anggaran dengan diluncurkannya paket fiskal sebesar 55 miliar poundsterling atau setara dengan Rp 1,022 triliun (dengan asumsi kurs Rp 18.084).

Dikutip dari CNBC disebutkan langkah ini ditempuh untuk menyelamatkan keuangan negara dan persiapan menghadapi resesi.

Menteri Keuangan (Menkeu) Inggris Jeremy Hunt menyebutkan kebijakan ini merupakan koordinasi antara pemerintah dan Bank of England (BoE).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami membutuhkan kolaborasi kebijakan fiskal dan moneter. Pemerintah dan bank sentral bahu membahu," ujar Hunt dikutip dari CNBC, Kamis (17/11/2022).

Dilansir dari Reuters, Hunt menyebut ekonomi Inggris mulai menghadapi resesi. Bahkan tahun depan, ekonomi Inggris disebut kontraksi akibat melawan tingginya angka inflasi yang diramal berada di kisaran 9% dan 4% pada 2024.

ADVERTISEMENT

Hunt mengatakan perkiraan dari Office for Budget Responsibility (OBR) menunjukkan dampak yang mencolok dari hambatan global terhadap ekonomi Inggris. Produk domestik bruto (PDB) diprediksi terkontraksi sebesar 1,4% tahun depan dibandingkan dengan proyeksi pada Maret untuk pertumbuhan 1,8%.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Beban pajak Inggris diprediksi akan tembus sebesar 37,1% dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak perang dunia kedua.

Hunt menyebut, kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah Inggris merupakan pil pahit untuk negaranya. Namun hal ini perlu dilakukan jika Inggris ingin pulih.

"Kredibilitas harus dibangun. Angka inflasi kemarin membuat kita harus terus berjuang untuk membuatnya lebih rendah, ini adalah komitmen untuk memperbaiki anggaran," jelasnya.

Pada Oktober 2022 angka inflasi Inggris mencapai 11,1%. Ini merupakan angka tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

Nilai tukar pound sterling tercatat turun 1% terhadap dolar AS. Hal ini karena para investor menahan investasi mereka dan lebih berhati-hati dengan kondisi yang masih diliputi ketidakpastian ini.

Analis pasar Hargreaves Lansdown Susannah Streeter mengungkapkan memang masih ada kekhawatiran tentang ekonomi Inggris.

Ekonom dari lembaga Institute for Fiscal Studies Paul Johnson mengungkapkan dengan kebijakan yang diambil pemerintah saat ini, Inggris akan selamat dalam dua tahun ke depan. Tapi rasa sakit sesungguhnya di perekonomian, akan terasa setelah pemilu 2024.


Hide Ads