Hidup seperti sebuah roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Mungkin pepatah ini sangat cocok menjadi tafsir hidup Elizabeth Holmes. Wanita muda yang cantik itu dijatuhi hukuman lebih dari 11 tahun penjara. Dia dinyatakan bersalah karena menipu investor saat menjalankan tes darah yang gagal dengan startup Theranos.
Dilansir CNN, Hakim Edward Davila menjatuhkan hukuman 11 tahun 3 bulan penjara, dengan pengawasan 3 tahun lagi setelah Holmes dibebaskan. Hukuman itu juga termasuk denda US$ 400 atau US$ 100 untuk setiap tuduhan penipuan.
Nasib Holmes saat ini sangat berbanding terbalik dengan beberapa tahun silam. Pada kurun 2014-2015 lalu, Holmes sempat dinobatkan jadi wanita muda terkaya di Amerika Serikat (AS). Muda, kaya, dan cantik, semua kategori ini lengkap dimiliki Elizabeth Holmes.
Dalam catatan detikcom yang dilansir dari Forbes, Holmes merupakan pendiri dari Theranos, sebuah klinik cek darah di California, AS. Holmes drop out (DO) saat menjadi mahasiswa tingkat dua di Stanford University, dan membuka Theranos pada 2003 silam. Usaha ini didirikan dari uang kuliahnya.
Dari situ, Theranos mendapatkan modal ventura senilai US$ 400 juta dan membuat nilai nilai perusahannya menjadi US$ 9 miliar. Dari nilai itu, 50% saham Theranos dimiliki oleh Holmes atau US$ 4,5 miliar. Bahkan, berkat jerih payahnya itu nama Elizabeth Holmes sempat ada di 100 orang paling berpengaruh TIME tahun 2015.
Namun seiring berjalannya waktu, Holmes kehilangan kontrol atas perusahaan yang didirikannya, Theranos. Aset kekayaannya longsor menjadi nol. Ada yang curiga terhadap perkembangan dari bisnis Theranos yang cukup pesat.
Dialah Bill Maris, yang mengelola Google Ventures (GV). Pada saat banyak pihak ingin berinvestasi dengan Theranos, Bill Maris justru mencurigai Theranos. Bahkan Bill Maris mengungkapkan bila timnya sampai menjalankan pengecekan dengan melakukan tes darah di Theranos. Ternyata prosesnya tidak sesederhana publisitas yang diklaim oleh Theranos.
Kecurigaan lain datang dari seorang jurnalis Wall Street Journal bernama John Carreyrou. Sebagai pemenang Pulitzer Prize, John mencermati dan menyelidiki untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam Theranos.
Salah satu upaya yang dilakukan John di antaranya adalah mengulik informasi dari para karyawan Theranos. Ada yang mengatakan bahwa hasil tes yang dilakukan Theranos tidak akurat. Beberapa pihak lain juga mengungkapkan bahwa sebagian besar tes sama sekali tidak dilakukan di laboratorium Theranos, namun menggunakan mesin konvensional yang dibeli dari sebuah pemasok.
![]() |
Setelah laporan terkait perusahaan tersebut diterbitkan oleh Wall Street Journal pada Oktober 2015, pihak regulator keuangan AS, yakni Securities and Exchange Commission, membuka sebuah penyelidikan.
Pusat Layanan Medicare dan Medicaid, yang mengawasi laboratorium pengujian darah juga mencabut lisensi Theranos. Dalam setahun, perusahaan tersebut mulai menutup sejumlah labnya serta memberhentikan lebih dari 40% karyawannya. Tak tanggung-tanggung, Forbes juga kemudian mengubah nilai aset kekayaan pendiri Theranos, Elizabeth Holmes, menjadi nol.
Perusahaan berupaya bertahan dan berhasil mendapatkan pembiayaan untuk membangun kembali. Namun akhirnya Holmes kehilangan kendali atas perusahaannya. Ia diwajibkan melepaskan semua sahamnya dan dikenai denda US$ 500.000. Holmes pun setuju untuk membayar denda sebesar US$ 500.000, sekaligus melepaskan 19 juta saham Theranos. Ia juga tak diizinkan menjadi eksekutif atau direktur sebuah perusahaan publik selama 10 tahun.
Holmes kemudian dinyatakan bersalah pada Januari tahun ini atas empat dakwaan menipu investor, menghadapi hukuman 20 tahun penjara serta denda US$ 250.000 ditambah restitusi untuk setiap dakwaan. Sebelum hukuman diumumkan, Holmes menangis berbicara di pengadilan di San Jose, California.
"Saya menyukai Theranos. Itu adalah pekerjaan hidup saya. Orang-orang yang saya coba libatkan dengan Theranos adalah orang yang paling saya cintai dan hormati. Saya hancur oleh kegagalan saya," katanya.
Dia juga meminta maaf kepada karyawan, investor, dan pasien Theranos. Dia mengaku menyesali perbuatannya.
"Aku sangat, sangat menyesal. Saya memberikan semua yang saya miliki untuk membangun perusahaan kami dan untuk menyelamatkan perusahaan kami. Saya menyesali kegagalan saya dengan setiap sel di tubuh saya," ujar Elizabeth Holmes.
Lihat juga Video: Cara Orang-orang Terkaya di Dunia Hadapi 'Hari Kiamat'