Home Credit Group B.V. menjual dua bisnisnya yang berbasis di Asia kepada PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) dan anak usaha MUFG Bank, yakni Bank of Ayudhya Public Company Limited (Krungsri) senilai 615 juta euro atau sekitar Rp 10,02 triliun (kurs Rp 16.300).
CEO Home Credit Group Jean-Pascal Duvieusart mengatakan kesepakatan tersebut bergantung pada persetujuan pemegang saham Krungsri serta peraturan yang berlaku umum. Transaksi diharapkan akan selesai pada semester 2 tahun 2023.
"Home Credit didirikan sekitar sepuluh tahun yang lalu baik di Filipina maupun di Indonesia. Pada saat ini, keduanya telah berkembang menjadi perusahaan penyedia jasa keuangan berbasis teknologi yang memimpin pasar. Kesuksesan ini berkat jaringan omni-channel kami yang kuat, brand yang sangat disegani, dan basis pelanggan yang kuat," kata CEO Home Credit Group Jean-Pascal Duvieusart, dalam keterangannya, Kamis (24/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang adalah waktu yang tepat bagi kami untuk menyerahkan tongkat estafet kepada pemegang saham baru yang dapat mempercepat pertumbuhan dua perusahaan yang menarik ini di mana keduanya sedang memasuki sebuah fase baru. Kedua perusahaan ini telah memainkan peran kunci dalam organisasi Home Credit dan kami akan memperhatikan pertumbuhan keduanya di masa depan dengan bangga dan penuh minat," jelasnya.
Sementara itu, Chief Executive Officer Home Credit Indonesia Animesh Narang mengatakan transaksi ini jadi salah satu upaya untuk perusahaan memperkuat posisi bisnisnya di Indonesia.
"Transaksi ini merupakan sebuah bentuk dukungan dan keyakinan terhadap kualitas bisnis kami dan tim di mana dapat lebih memperkuat posisi kami sebagai perusahaan keuangan terkemuka di Indonesia," katanya.
Berikut ini kesepakatan dari transaksi Home Credit tersebut:
- Krungsri, Adira dan mitra lokal akan membeli masing-masing 75%, 10%, dan 15% atas Home Credit Indonesia senilai 209 juta euro.
- Krungsri dan MUFG akan membeli masing-masing 75% dan 25% atas Home Credit Filipina senilai 406 juta euro.
- Pertimbangan terakhir bergantung atas penyesuaian one-to-one berdasarkan nilai buku ekuitas pada saat penyelesaian transaksi.
Lihat juga Video: Fenomena Kredit macet Pinjol, SWI: Ya Harus Bayar!