Rice Head Business PT Wilmar Padi Indonesia Saronto mengatakan ada sejumlah strategi yang dimiliki perusahaan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Hal tersebut diungkapkan olehnya saat menerima kunjungan kerja dari Komisi IV DPR RI dan Dirjen Tanaman Pangan ke penggilingan padi modern milik Wilmar di Serang, Selasa (13/12).
"Perusahaan tidak hanya berbisnis tetapi ingin memberikan nilai tambah terhadap bisnisnya melalui pendampingan petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan memberikan harga beli yang fair (adil)," kata Saronto dalam keterangan tertulis, Rabu (13/12/2022).
Ia mengatakan hingga tahun ketiga, pihaknya telah menjalin kerja sama pembinaan terhadap 5.559 petani dengan luas lahan 4,424 hektare (ha) dan 49 demplot. Kerja sama tersebut tersebar di Mojokerto, Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Banten, Kuala Tanjung, Medan, dan Palembang.
"Petani senang dengan kerja sama ini. Mereka kembali pada musim tanam kedua dan ketiga," katanya.
Ia mengatakan dari uji coba melalui demplot diperoleh peningkatan produksi sebesar 15-30%. Sedangkan aplikasi di lapangan dengan luasan yang besar peningkatan produksi petani rata-rata 15%. Hal itu turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan petani dan sejalan dengan visi dan misi perusahaan agar generasi muda tertarik masuk ke pertanian.
Pihaknya pun turut menyediakan surveyor yang memantau harian ke petani langsung. Tak hanya itu pihaknya juga menjalin kerja sama dengan produsen bibit unggulan pestisida dan Pupuk Mahkota yang diproduksi PT Wilmar Chemical Indonesia. Hal itu merupakan faktor utama dalam peningkatan produksi.
"Kalau faktor utamanya sudah tersedia, peningkatan produksi akan sangat mungkin tercapai," katanya.
Tak hanya itu, ia pun menjawab terkait isu monopoli beras oleh Wilmar. Menurutnya, penyerapan yang dilakukan oleh perusahaan masih sangat kecil dibanding total produksi di Indonesia.
"Contonya, penyerapan di Jawa Timur hanya 2,93%, Banten 0,75% dan Lampung 0,53%," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin mengatakan berpesan agar Wilmar turut menggandeng penggilingan kecil dan menengah agar dapat menyerap produk seperti menir yang biasa digunakan untuk bahan tepung beras, dedak, dan sekam.
"Kalau Wilmar bukan hanya produksi beras tapi ada bekatul, menirnya, sekam. Ini kan dijual semua, bisa jadi rice bran oil. Jadi turunannya banyak. Kalau penggilingan kecil hanya punya penggilingan sama gabah. Bekatulnya belum tentu mereka bisa pilah," kata Sudin.
Ia mengatakan jika hal tersebut dilakukan maka bisa memberikan dampak yang besar lagi terhadap masyarakat.
"Ini mereka kumpulkan dan dijual. (Penggilingan) yang kecil suplai yang besar. Yang besar bantu yang kecil. Selama ini (bekatul) masih dianggap waste atau sampah," tutupnya.
(fhs/ega)