Lonjakan COVID-19 Picu Aksi Panic Buying di China, Ini yang Diborong!

Lonjakan COVID-19 Picu Aksi Panic Buying di China, Ini yang Diborong!

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Kamis, 15 Des 2022 09:07 WIB
People wearing masks line up outside a pharmacy, as coronavirus disease (COVID-19) outbreaks continue, in Beijing, China December 13, 2022. REUTERS/Alessandro Diviggiano
Foto: REUTERS/ALESSANDRO DIVIGGIANO
Jakarta -

Gelombang COVID-19 yang menghantam China memicu panic buying. Masyarakat memborong obat demam, pereda nyeri, hingga buah persik kalengan. Hal ini membuat stok buah persik kalengan semakin langka baik di pasar online maupun offline.

Melansir dari CNN, Kamis (15/12/2022), pihak berwenang mendeteksi 2.249 kasus COVID-19 bergejala pada hari rabu. 20% di antaranya terjadi di ibu kota Beijing. Namun jumlah pasti orang yang terpapar virus ini bisa lebih banyak dari yang dilaporkan.

Permintaan obat demam dan flu, seperti Tylenol and Advil, melonjak secara nasional. Orang-orang bergegas menimbun obat di tengah kekhawatiran mereka akan tertular virus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Persik kuning kalengan dianggap sebagai makanan yang sangat bergizi di banyak wilayah China. Buah ini diborong masyarakat demi melawan COVID-19. Produknya pun kini habis di banyak toko online.

Popularitas persik kuning kalengan membuat Dalian Leasun Food, salah satu produsen makanan kaleng terbesar di negara itu menyampaikan klarifikasi. Merega menegaskan bahwa buah persik kuning kalengan tidak punya efek pengobatan terhadap COVID-19.

ADVERTISEMENT

"Persik kuning kalengan tidak sama dengan obat-obatan!," kata perusahaan itu dalam postingan yang diterbitkan Jumat.

"Pasokan cukup, jadi tidak perlu panik. Tidak perlu terburu-buru untuk membeli," kata Dalian Leasun Food.

Partai Komunis juga diminta meluruskan hal tersebut. Partai akhirnya mengeluarkan statemen di Weibo, mendesak masyarakat tidak menimbun buah persik. Mereka menyebut buah persik kuning tidak berguna mengurangi gejala penyakit.

Selain itu pihak berwenang juga mengimbau masyarakat tidak menimbun pasokan medis. Senin lalu pemerintah kota Beijing menyebut pihaknya menghadapi tekanan besar dalam menyediakan obat-obatan dan layanan medis akibat panic buying.

Mereka meminta masyarakat tidak menimbun obat-obatan atau menelepon layanan darurat jika tidak memiliki gejala.

Melonjaknya permintaan dan kekurangan pasokan obat COVID-19 justru menguntungkan bagi sebagian pihak. Saham Xinhua Pharmaceutical yang terdaftar di Hong Kong, produsen ibuprofen terbesar di China melesat 60% dalam lima hari terakhir.

Saham mereka bahkan telah naik 147% dalam dua minggu pertama di bulan Desember. Ibuprofen adalah obat antiinflamasi yang digunakan untuk mengobati nyeri dan demam.

Kekurangan obat kini menyebar ke daratan Hong Kong. Pada hari minggu kepala kesehatan kota mengimbau masyarakat tidak menimbun obat flu yang tidak dibutuhkan, dan meminta masyarakat tidak bertindak berlebihan.




(zlf/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads