Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Tembus US$ 50,59 M

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Tembus US$ 50,59 M

Sukma Nur - detikFinance
Jumat, 16 Des 2022 16:32 WIB
Mendag Zulkifli Hasan
Foto: Kemendag
Jakarta -

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan neraca perdagangan pada periode Januari−November 2022 surplus mencapai US$ 50,59 miliar. Surplus neraca perdagangan ini ditopang oleh surplus non migas sebesar US$ 73,24 miliar dan defisit migas sebesar US$ 22,65 miliar.

"Surplus perdagangan periode Januari−November 2022 mampu menembus angka US$ 50,59 miliar. Angka tersebut telah melampaui rekor tertinggi sebelumnya yang tercatat tahun 2006 dengan nilai surplus mencapai US$ 39,73 miliar," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulis, Jumat (16/12/2022).

"Kondisi ini memberikan optimisme bagi Indonesia dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 di tengah perlambatan ekonomi global serta sebagai modal dasar dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi global tahun 2023," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, pada November 2022, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$ 5,16 miliar. Nilai ini terdiri atas surplus perdagangan non migas US$ 6,83 miliar dan defisit perdagangan migas US$ 1,67 miliar. Ini menunjukkan Indonesia mengalami surplus 31 kali berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus perdagangan Indonesia pada November 2022 disumbang surplus terhadap beberapa negara mitra dagang. Amerika Serikat telah menjadi penyumbang surplus terbesar dengan nilai surplus sebesar US$ 1,14 miliar diikuti dengan India US$ 1,04 miliar, dan Filipina US$ 1,02 miliar.

ADVERTISEMENT

Ekspor Bulan November 2022 Melemah

Lebih lanjut, Zulhas menjelaskan nilai total ekspor Indonesia pada November 2022 mencapai US$ 24,12 miliar. Nilai tersebut turun 2,46% dibanding Oktober 2022 (MoM). Namun angka ini tetap naik 5,58% jika dibandingkan pada November 2021 (YoY).

Ia mengatakan penurunan nilai tersebut disebabkan oleh melemahnya ekspor migas sebesar 11,85% (MoM) dan non migas sebesar 1,94% (MoM). Sebab, pada bulan tersebut ekspor non migas menurun baik dari sisi nilai maupun volume. Penurunan volume ekspor non migas terjadi besar 6,09% (MoM) menjadi 55,38 juta ton dari 58,98 juta ton pada Oktober 2022.

Lebih lanjut, Zulhas mengatakan penurunan ekspor bulan November 2022 juga dialami beberapa negara mitra dagang Indonesia, di antaranya Taiwan yang turun sebesar 9,52% (MoM), Vietnam turun 3,92%, Korea Selatan turun 1,09%, dan Tiongkok turun 0,67%.

Produk-produk yang memicu penurunan ekspor non migas bulan November 2022 (MoM), antara lain berbagai produk kimia (HS 38) yang turun sebesar 19,03%; lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) turun 16,62%; ampas/sisa industri makanan (HS 23) turun 14,72%; kendaraan dan bagiannya (HS 87) turun 13,08%; serta plastik dan barang plastik (HS 39) turun 8,79%.

Di tengah pelemahan ekspor bulan November 2022, sejumlah produk utama ekspor non migas malah mengalami peningkatan. Di antaranya logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) naik 87,19%; barang dari besi dan baja (HS 73) naik 67,11%; pakaian dan aksesoris (rajutan) (HS 61) naik 29,62%; pulp dari kayu (HS 47) naik 29,11%; serta pakaian dan aksesoris (bukan rajutan) (HS 62) naik 22,66%.

Zulhas menambahkan Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang menjadi pasar utama ekspor non migas Indonesia pada November 2022 dengan nilai ekspor sebesar USD 10,28 miliar dan kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 44,72%. Adapun negara yang mengalami pertumbuhan ekspor non migas tertinggi di November 2022 (MoM), antara lain Swiss tumbuh 1.795,77%, Qatar (634,69%), Korea Selatan (35,63%), Malaysia (24,24%), dan Jerman (22,69%).

"Pada November 2022, ekspor non migas Indonesia ke Qatar sebesar USD 111,91 juta, naik 634,69% dibanding bulan sebelumnya. Ekspor tersebut merupakan wujud keberhasilan dari misi dagang yang dilakukan Kementerian Perdagangan pada Oktober 2022 lalu. Ekspor barang dari besi dan baja (HS 73) ke Qatar pada November 2022 yang cukup tinggi menjadikan ekspor tersebut sebagai ekspor bulanan tertinggi Indonesia sepanjang sejarah," ungkap Zulhas.

Zulhas pun mengatakan sementara ini terdapat beberapa pasar utama tujuan ekspor non migas Indonesia yang mengalami kontraksi terdalam di bulan November 2022 (MoM) adalah Spanyol tercatat turun 49,65%, diikuti Belgia turun 30,13%, Belanda turun 28,77%, India turun 23,65% dan Pakistan turun 22,01%.

"Ditinjau dari kawasan, penguatan ekspor non migas terbesar terjadi ke kawasan Amerika Tengah yang tumbuh 103,87%, Asia Lainnya naik 34,94%, dan Eropa Timur naik 28,69% (MoM). Hal ini menunjukkan terdiversifikasinya negara tujuan ekspor non migas Indonesia," sambung Zulhas.

Secara kumulatif, total ekspor Indonesia selama periode Januari─November 2022 tercatat mencapai USD 268,18 miliar atau meningkat 28,16% dibanding periode tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ekspor tersebut ditopang oleh penguatan ekspor sektor non migas yang naik 28,04% (YoY) menjadi USD 253,61 miliar dan ekspor sektor migas yang naik 30,31% (YoY) menjadi sebesar 14,57 miliar.

Impor Bulan November 2022 Turun Dibanding Oktober 2022

Total impor Indonesia di bulan November 2022 mencapai US$ 18,96 miliar. Nilai ini turun 0,91% dibandingkan Oktober 2022 (MoM).

"Penurunan kinerja impor pada November 2022 dipicu oleh menurunnya impor migas sebesar 16,64% (MoM); sementara impor non migas naik sebesar 2,45% (MoM)," kata Zulhas.

Jika berdasarkan golongan penggunaan barang, lanjut Zulhas, hanya impor barang modal yang mengalami peningkatan pada November 2022. Peningkatan itu terjadi sebesar 4,55%. Laptop dan alat berat menjadi dua produk barang modal yang mengalami peningkatan, Sebaliknya, impor bahan baku/penolong dan barang konsumsi justru turun masing-masing sebesar 4,21% dan 1,67% (MoM).

Penurunan impor bahan baku/penolong pada November ini dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan dan penurunan output produksi di dalam negeri. Kondisi ini terlihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada November 2022 yang berada di level 50,3, atau turun dari posisi PMI manufaktur Indonesia bulan Oktober 2022 yang sebesar 51,8.

Adapun beberapa bahan baku/penolong yang mengalami penurunan, antara lain bahan bakar diesel, minyak mentah, dan biji gandum. Sedangkan beberapa barang konsumsi yang mengalami pelemahan signifikan pada November 2022 adalah daging sapi beku dan vaksin. Penurunan impor barang konsumsi tercermin dari menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari sebesar 120,3 di bulan Oktober 2022 menjadi 119,1 pada November 2022.

Berdasarkan negara asalnya, impor non migas Indonesia didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Thailand dengan total pangsa 50,62% dari total impor non migas bulan November 2022. Negara asal impor dengan penurunan impor non migas terdalam pada November 2022 berasal dari Belgia yang turun 42,51%, disusul Uni Emirat Arab yang turun 19,82%; Brasil turun 17,11%; Inggris turun 17,10%; Swiss turun 17,09%; dan Selandia Baru turun 16,60% MoM.

Zulhas menuturkan secara kumulatif total impor periode Januari─November 2022 mencapai US$ 217,58 miliar atau naik 24,45% dari Januari−November 2021 (YoY). Pertumbuhan impor tersebut dipicu oleh melonjaknya impor migas sebesar 68,01% dan naiknya impor non migas sebesar 18,13% YoY.

(fhs/hns)

Hide Ads