Pertama Dalam 106 Tahun, Perawat Inggris Mogok Kerja Tuntut Gaji Naik!

Pertama Dalam 106 Tahun, Perawat Inggris Mogok Kerja Tuntut Gaji Naik!

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 19 Des 2022 09:34 WIB
Nurses from the Royal College of Nursing strike for fair pay and working conditions in unprecedented industrial action by nurses outside the Queen Elizabeth Hospital on 15th December 2022 in Birmingham, United Kingdom. This is the first of two planned strikes before the end of the year, with the dispute possibly heading for more in the New Year if the government fails to improve their offer. (photo by Mike Kemp/In Pictures via Getty Images)
Foto: In Pictures via Getty Images/Mike Kemp
Jakarta -

Perawat di Inggris yang tergabung dalam Royal College of Nursing (RCN) melakukan aksi mogok kerja pada Kamis (15/12). Tujuannya memprotes soal gaji dan kondisi kerja yang buruk.

Sebanyak 100 ribu perawat dikabarkan ikut terlibat dalam aksi mogok. Ini merupakan pemogokan terbesar dalam 106 tahun sejarah di Inggris.

"Kenyataannya adalah, setiap hari perawat di seluruh Inggris masuk ke rumah sakit yang kekurangan staf," kata perawat di Inggris bernama Mackay, dikutip dari CNN, Senin (19/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini tentang membayar staf yang layak sehingga mereka dapat membayar tagihan," ujar perawat lain bernama Jessie Collins.

Pamela Jones, perawat Rumah Sakit Universitas Aintree di Liverpool mengaku merasa kasihan pada generasi muda yang ingin memasuki profesi sebagai perawat. Dia berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan pekerja medis.

ADVERTISEMENT

"Saya harap pemerintah mendengarkan karena tidak ada dari kami yang ingin berada di sini. Kami hanya ingin kenaikan gaji yang adil," tegasnya.

Perawat di Bristol Royal Hospital for Children, Emma Sudol mengatakan sejak tiga tahun lalu kondisi pelayanan rumah sakit semakin memburuk. Kondisi kerja di tempatnya juga diklaim berbahaya bagi staf dan pasien.

"Kami tidak dapat memberikan perawatan yang kami inginkan atau yang seharusnya kami berikan. Saya merasa itu berbahaya bagi kami dan publik karena kondisinya semakin banyak orang yang keluar dari keperawatan dan mereka tidak digantikan," imbuhnya.




(aid/zlf)

Hide Ads