Argentina keluar sebagai kampiun Piala Dunia 2022. Messi dan kawan-kawan berhasil menekuk perlawanan Prancis lewat drama adu penalti.
Kemenangan Argentina menjadi kado spesial bagi seluruh fansnya di dunia. Di tengah euforia itu, Argentina masih menghadapi permasalahan ekonomi di negaranya.
Inflasi Argentina masih berada di level tertingginya. Hal ini berbarengan dengan ekonomi yang juga tumbuh dalam tiga bulan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tercatat inflasi tahunan Argentina menyentuh angka 92,4%. Artinya harga komoditas di Argentina naik nyaris dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Melansir dari Bloomberg, Senin (19/12/2022), ini merupakan inflasi tertinggi dalam 30 tahun, meskipun lebih rendah dari estimasi awal sebesar 94,2%.
Adapun inflasi bulanan turun menjadi 4,89%. Angka ini merupakan level terendahnya yang tercatat sejak Februari lalu, jauh dari ekspektasi rata-rata analis sebesar 5,9%.
Inflasi tahunan Argentina berakselerasi kurang dari yang diharapkan sementara pertumbuhan ekonomi meningkat setiap tiga bulan sebelum pemerintah mengubah kontrol harga.
Produk Domestik Bruto (PDB) Argentina naik 1,7% pada kuartal ketiga. Belanja konsumen mendorong aktivitas yang lebih cepat dari pertumbuhan 1% di kuartal sebelumnya.
Badan Statistik Nasional Argentina, INDEC menyebut ekonomi negaranya tumbuh 5,9% dibanding tahun lalu. Sementara Analis memperkirakan ekonomi Argentina hanya tumbuh 5,3% pada 2022, atau melambat 1% dibanding tahun lalu.
Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain faktor politik dan kekeringan saat musim panen.
Sementara itu Menteri Ekonomi Sergio Massa meluncurkan kembali program pengendalian harga yang dikenal secara lokal sebagai "Precios Justos" pada bulan November, membekukan sementara biaya lebih dari 1.700 barang.
Dia juga menjadi perantara perjanjian dengan SPBU, pengecer sepatu, dan produsen industri tentang batasan kenaikan biaya. Pejabat bank sentral melihat kesepakatan tersebut, bersama dengan suku bunga tinggi, membantu mendinginkan inflasi bulanan.
Inflasi tahunan diperkirakan akan melampaui 100% pada bulan Desember dan tetap mendekati level tersebut sepanjang tahun depan, menurut survei terbaru bank sentral terhadap para ekonom swasta.
(das/das)