Inflasi tahunan Argentina hampir menyentuh 95%, tingkat tertinggi dalam lebih dari 30 tahun terakhir atau sejak 1991. Kondisi ini didorong harga pasar naik hampir 2x lipat dibandingkan tahun lalu.
Dilansir Reuters, Jumat (13/01/2022), Badan Statistik Nasional INDEC melaporkan, pada bulan Desember harga pasar melonjak 5,1% dari bulan ke bulan. Sementara itu, inflasi negara selama 1 tahun mencapai 94,8%.
INDEC juga menyatakan, level tersebut menandai kenaikan harga tercepat dalam lebih dari 3 dekade, atau tepatnya sejak 1991.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Menteri Ekonomi Argentina, Sergio Massa, memproyeksikan inflasi Desember tidak akan melebihi 5%. Tidak hanya itu, ia juga menyebut kenaikan inflasi bulanan juga akan turun menjadi sekitar 3% pada bulan April.
Di sisi lain, banyak ekonom memperkirakan inflasi bulanan tetap akan sejalan dengan kenaikan pada bulan Desember, faktor-faktor di luar kemerosotan ekonomi negara atau batasan harga yang ditetapkan pemerintah terus menimbulkan risiko tinggi.
Ekonom di konsultan EcoGo, Lucio Garay Mendez, mengatakan, kondisi ini terlihat dari harga buah dan sayuran yang menunjukkan tren kenaikan selama Desember. Sementara harga daging melambat,
"Uangnya tidak cukup, gajinya tidak cukup, inflasi terus meningkat dan kami sudah memulai tahun ini dengan kenaikan tarif bus, pakaian, makanan," kata seorang pekerja mandiri, Griselda Melle, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, ekonom di konsultan Econviews, Isaias Marini, menunjuk kelangkaan hard currency, seperti dolar, sebagai salah satu faktor pendorong inflasi tetap tinggi.
"Kekurangan dolar (AS) dapat diterjemahkan ke dalam eskalasi dolar paralel (pasar) lebih lanjut, menyebabkan inflasi yang lebih tinggi," kata Marini.
Diketahui saat ini, ekonomi negara Amerika selatan itu sedang dalam keadaan sakit. Negara tengah berjuang menghadapi inflasi tertinggi di dunia karena melonjaknya harga-harga, hingga menghambat pertumbuhan.
(zlf/zlf)