Sempat viral di media sosial video seorang pria sengaja memamerkan saldo rekening di ATM senilai Rp 500 triliun. Pria itu diketahui berasal dari Kalimantan Selatan bernama Amin. PPATK sampai angkat bicara terkait jumlah rekening tersebut.
Awalnya, ada sebuah video yang beredar di media sosial berdurasi sekitar 60 detik. Pria itu sambil menunjukkan buku tabungannya dan terlihat saldo Rp 500.025.000.005.500, dari sebelumnya Rp 249.683.680.000, Rp 1.033.033.680, bahkan sebelumnya lagi hanya Rp 33.680.
"Untuk saldo saya sudah disahkan oleh pemerintah setempat bahkan dari konsorsium lain. Ini saldo saya terakhir, jadi Rp 500 triliun, ini saldo saya," kata Amin dilihat detikcom di media sosial beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak diketahui pasti kapan video itu dibuat, yang jelas lokasinya berada di Hotel 88 Bekasi Barat. Dia bahkan mengajak siapapun untuk bertemu, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya Hj Muhammad Amin tidak main-main, saya datang dari Kalimantan Selatan siapapun mau ke tempat saya, Presiden kek saya tunggu di Hotel 88," tuturnya.
Ngaku-ngaku Presiden Direktur
Selain itu, Amin juga memperkenalkan diri sebagai Doctorandus Haji Muhammad Amin selaku Presiden Direktur Bertuah Antek Indonesia, Asia, Dunia.
Lebih lanjut kemudian Amin menjelaskan bahwa dirinya tengah mencari barang-barang bertuah dan bagi siapapun yang memilikinya dapat menjualnya kepada Amin berapapun nilainya.
"Berapa pun itu nilainya, berapa pun itu triliun nilainya triliunan hari ini saya bayar cash ya," kata Amin.
Dikritik Netizen
Video itu lantas mendapatkan banyak komentar beragam dari netizen. Ada yang tidak percaya begitu saja dengan pernyataan Amin, hingga mengingatkan agar jangan lupa bayar pajak dan zakat.
"Sejak kapan saldo tabungan disahkan pemerintah setempat???" kata akun @*ga*ok.
"Pingin percaya tapi kok hati bilang jangan ya," timpal akun @*m*ri_*u*min. Kutipan sudah disesuaikan dengan ejaan yang benar.
PPATK Angkat Bicara
Merespons hal ini, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana menyebut hal itu adalah kebohongan atau hoaks.
"Hoaks tampaknya," kata Ivan kepada detikcom melalui pesan singkat beberapa waktu lalu.
Menurut Ivan hal itu hoaks lantaran data terkait saldo Rp 500 triliun tersebut tidak ada di PPATK.
"Iya tidak ada datanya di kami. Jika asli pasti sudah dilaporkan sejak lama saat nilainya masih kecil atau ketika yang bersangkutan terima uang sebanyak itu.Jelas hoax tidak ada itu," tegas Ivan.
(fdl/fdl)