Setelah Sterilisasi Kawasan Kuliner GI, PKL Curhat Omzet Turun

Setelah Sterilisasi Kawasan Kuliner GI, PKL Curhat Omzet Turun

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 18 Jan 2023 15:00 WIB
Kawasan Kuliner GI
Foto: (Shafira Cendra Arini/detikcom)

Hal serupa juga dirasakan Angela, pedagang sempol di kawasan yang sama. Bahkan, ia merasakan penurunan pendapatan yang drastis hingga 50% setelah sterilisasi tersebut. Pasalnya, daya tarik orang untuk datang ke sana pun sebagai kawasan kuliner menurun drastis.

"Karena mereka yang bukan karyawan kan pasti taunya 'ah ini mah udah pada nggak jualan'. Pastinya kan ngaruh juga ke penjualan saya. Langsung anjlok hampir 50%," ujar Angela.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan hanya karena penurunan pengunjung dari luar, Angela mengatakan, pembeli dari golongan karyawan pun menurun. Ragam pilihan makanan yang berkurang membuat karyawan banyak yang mengurungkan niatnya untuk jajan ke kawasan tersebut.

"'Wah nggak ada penjual nasi, ngapain ke bawah', kata mereka. Mereka juga kesulitan mencari makanan karena kan kantinnya jadi penuh sementara jam istirahatnya hanya 1 jam," ujarnya, menceritakan curahan hati dari para karyawan kepadanya.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, kini Angela menurunkan kuantitas dari sempol yang ia jual. Secara bertahap, kini ia tengah mencoba menyesuaikan kembali berapa porsi yang harus ia sediakan setiap harinya.

"Tadinya rame banget, karena pada ada makanan viral itu ya, di luar karyawan. Semenjak ada sterilan kaya gini, saya jadi masih bertahap (menyesuaikan porsi)," katanya.

Angela memutuskan berjualan di sana sekitar 2,5 tahun yang lalu, setelah ia terdampak efisiensi perusahaannya kala pandemi memuncak. Ia mengaku berjualan di kawasan tersebut karena melihat peluang besar di sana sebagai kawasan kuliner yang terkenal. Omzetnya pun cukup besar, bisa menyentuh Rp 1 juta per harinya

"Agak nggak nentu. Tapi bisa sampai laku seribu tusuk. Sekitar Rp 1 jutaan, kotornya," katanya.

Ia berharap, kawasan kuliner belakang GI ini bisa kembali seperti dulu, dengan jajanan-jajanan viralnya. Kondisi itu menurutnya jadi daya tarik dan mengundang banyak orang berdatangan, hingga pedagang-pedagang di area tersebut pun kecipratan pembeli seperti dirinya.


(dna/dna)

Hide Ads