Perusahaan penyedia teknologi kesehatan asal Belanda, Philips, akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 6.000 pegawainya di seluruh dunia.
Langkah ini ditempuh untuk memperbaiki profitabilitas dan meningkatkan keamanan produk. Memang sebelumnya alat pernafasan pabrikan Philips ditarik dari peredaran dan membuat harganya terjun bebas.
Dikutip dari Reuters CEO Philips, Roy Jakobs menyebut total pegawai yang di-PHK mencapai 10.000 orang dalam beberapa bulan terakhir. Jumlah ini sekitar 13% dari total tenaga kerja Philips di seluruh dunia.
Saat ini memang tak cuma Philips yang melakukan PHK. Sebelumnya ada Google, Microsoft, Amazon dan SAP. Mereka mengumumkan PHK karena siap efisiensi untuk menghadapi kondisi perekonomian yang lebih sulit ke depan.
Dengan adanya isu oni, saham Philips diperdagangkan naik 5,5%. Analis ING Marc Hesselink mengungkapkan ada kenaikan biaya operasional yang besar.
Sekadar informasi, Jakobs memimpin Philips sejak Oktober tahun lalu. Jakob masuk saat perusahaan sedang berupaya keras menahan tekanan akibat ditariknya ventilator di berbagai wilayah. Produk tersebut dikhawatirkan mengandung racun dan harus ditarik dari peredaran.
"Apa yang kami lakukan hari ini merupakan rencana terbaik untuk menyelamatkan masa depan Philips. Tantangan kami memang sangat berat tapi kami berupaya untuk menangani masalah ini dengan serius," jelas dia.
Jakobs menjelaskan keselamatan pasien menjadi hal yang utama bagi Philips. Dia juga berupaya untuk menggenjot inovasi dan SDM yang berkualitas untuk kinerja perusahaan yang lebih baik.
Philips kini berhati-hati dalam menentukan strategi bisnis perusahaan. Pada kuartal IV tahun lalu Ebitda perusahaan mencapai US$ 707,18 juta.
(kil/das)