Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewanti-wanti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar kasus orang terkaya di Asia, Adani Group, terjadi di Indonesia. Menurut Jokowi, OJK harus melakukan pengawasan sedetil mungkin sampai ke level mikro.
Lebih lanjut, Jokowi menyinggung kasus Adani Group yang saham-sahamnya terkena masalah beberapa waktu lalu. Jokowi mengingatkan agar kasus seperti ini jangan sampai terjadi di Indonesia.
"Hati-hati, ada peristiwa besar minggu kemarin Adani di India, makronya negara bagus, mikronya ada masalah. Mikronya ini hanya satu perusahaan, Adani. Itu kehilangan US$ 120 bilion (miliar). Hilang. Kalau dirupiahkan itu Rp 1.800 triliun," papar Jokowi dalam pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 yang disiarkan virtual, Senin (6/1/2023).
Seperti apa kasus orang terkaya Asia yang disebut-sebut Jokowi?
Perlu diketahui bahwa Adani Group merupakan perusahaan yang dimiliki oleh orang terkaya di India, Gautam Adani. Sekarang ini perusahaan tersebut sedang menghadapi sederet masalah serius usai sang pemilik dituding melakukan pengemplangan pajak hingga manipulasi harga saham.
Berdasarkan catatan detikcom, sederet permasalahan itu bermula dari laporan Hindenburg Research minggu lalu. Laporan tersebut menuding Adani menghindari pajak dengan memanfaatkan kawasan bebas pajak dan melakukan manipulasi harga saham perusahaan Grup Adani.
Laporan itu pun menimbulkan kekhawatiran terhadap jumlah utang yang tinggi dan valuasi tujuh perusahaan Adani yang terdaftar. Laporan yang keluar pada 24 Januari lalu itu akhirnya menjadi pemicu anjloknya kapitalisasi pasar tujuh perusahaan Grup Adani sebesar US$ 86 miliar atau Rp 1.281 triliun (kurs Rp 14.900).
Adani Group sendiri sudah membantah tuduhan tersebut. Perusahaan menilai tuduhan adanya aksi short selling untuk manipulasi harga saham tidak berdasar. Bahkan perusahaan Adani menyerang balik dengan mengatakan pihak yang menuduh tidak mengetahui hukum di India.
Laporan dari Hindenburg itu juga muncul bertepatan saat kerajaan bisnis Adani hendak menghimpun dana dari masyarakat dan investor asing dengan penjualan saham senilai US$ 2,5 miliar. Alhasil rencana itu terganggu.
"Kondisi pasar hari ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan harga saham kami berfluktuasi sepanjang hari. Mengingat keadaan luar biasa ini, Dewan Perusahaan merasa bahwa melanjutkan masalah ini tidak akan benar secara moral," kata Adani.
"Neraca kami sangat sehat dengan arus kas yang kuat dan aset yang aman, dan kami memiliki rekam jejak yang sempurna dalam membayar utang kami. Keputusan ini tidak akan berdampak pada operasi kami saat ini dan rencana masa depan," tambah Adani.
Adani, yang bisnis globalnya mencakup pelabuhan, bandara, pertambangan, semen, dan listrik, berjuang untuk menstabilkan perusahaannya dan mempertahankan reputasinya. "Setelah pasar stabil, kami akan meninjau strategi pasar modal kami," tambahnya.
Anjloknya saham perusahaannya membuat kedudukan Adani tergelincir ke urutan ke-15 dalam daftar orang kaya Forbes. Perkiraan kekayaan bersih Adani sekarang turun jadi US$ 75,1 miliar. Angka itu di bawah perkiraan harta saingannya Mukesh Ambani, ketua Reliance Industries, yang menempati peringkat sembilan dengan harta US$ 83,7 miliar.
Jadi, sudah paham kan seperti apa kasus orang terkaya Asia yang diwanti-wanti oleh Jokowi?
Baca artikel menarik lainnya di Google News.
(fdl/fdl)