Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewanti-wanti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar kasus orang terkaya di India, Gautam Adani tidak terjadi di Indonesia. Pengawasan diminta harus sedetil mungkin sampai ke level mikro.
"Hati-hati ada peristiwa besar minggu kemarin, Adani di India. Makronya negara bagus, mikronya ada masalah. Mikronya ini hanya satu perusahaan, Adani, itu kehilangan US$ 120 miliar, hilang, itu kalau dirupiahkan Rp 1.800 triliun," kata Jokowi dalam pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 yang disiarkan virtual, Senin (6/2/2023).
Gautam Adani sedang menghadapi sederet masalah serius sampai bikin anjlok kapitalisasi pasar perusahaan Adani Group. Dirinya telah kehilangan US$ 48,5 miliar dari US$ 120 miliar kekayaannya menurut Bloomberg Billionaires Index.
Siapa Gautam Adani?
Gautam Adani itu pria asal Gujarat di India barat yang bangun bisnis kerajaannya dari nol. Setelah putus kuliah, dia jadi pedagang berlian di Mumbai.
Gautam Adani akhirnya memutuskan terjun ke perdagangan komoditas melalui Adani Enterprises yang didirikannya pada 1990-an. Saat ini kerajaan bisnisnya antara lain mencakup pelabuhan, bandara, tambang, pembangkit listrik dan memproduksi peralatan pertahanan.
Saat harga saham perusahaan melonjak dalam beberapa tahun terakhir, kekayaan bersih Gautam Adani naik sekitar 2.000%. Dia membantah tuduhan jika mendapat keuntungan dari hubungan dekatnya dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, yang juga berasal dari Gujarat.
Terjadi Keanehan Laporan Keuangan Perusahaan
Permasalahan bermula dari laporan Hindenburg Research minggu lalu. Laporan tersebut menuding Gautam Adani menghindari pajak dengan memanfaatkan kawasan bebas pajak dan melakukan manipulasi harga saham perusahaan Adani Group.
Adani Group sendiri sudah membantah tuduhan tersebut. Bahkan perusahaan menyerang balik dengan mengatakan pihak yang menuduh tidak mengetahui hukum di India.
"Volatilitas di pasar saham India yang diciptakan oleh laporan tersebut sangat memprihatinkan dan telah menyebabkan penderitaan yang tidak diinginkan bagi warga India," kata Gautam Adani.
Laporan dari Hindenburg itu muncul bertepatan saat kerajaan bisnis Gautam Adani hendak menghimpun dana dari masyarakat dan investor asing dengan penjualan saham senilai US$ 2,5 miliar. Alhasil rencana itu batal karena dirinya mengalami kerugian hingga US$ 100 miliar.
Imbasnya ke Perekonomian India
Kerajaan bisnis Gautam Adani hampir menjangkau setiap sektor publik. Hal itu membuat anjloknya saham Adani Group menimbulkan kekhawatiran terhadap sistem keuangan di India.
Jokowi menyebut hanya akibat satu perusahaan itu, seperempat PDB India atau sekitar Rp 1.800 triliun hilang dalam sekejap. Mata uang rupee juga ikut terjun bebas.
"Karena goreng-gorengan, itu seperempat PDB India hilang. Yang terjadi apa? Capital outflow semua keluar. Yang terjadi apa? Rupee jatuh. Hati-hati mengenai ini, padahal makronya bagus," ucapnya.
(aid/dna)