Ekspor Emas dan Perhiasan RI Melonjak Awal Tahun, Tembus Rp 12,5 T

Ekspor Emas dan Perhiasan RI Melonjak Awal Tahun, Tembus Rp 12,5 T

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 15 Feb 2023 14:21 WIB
Seorang customer service Bank BNI Syariah cabang Benhil Jakarta Pusat menunjukkan logam mulia emas batangan berukuran 10 dan 100 gram, akhir pekan lalu. Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia, penjualan emas terus meningkat meskipun nilai tukar rupiah anjlok terhadap dollar AS. Jakarta (8/26/2013)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kinerja ekspor Indonesia sebesar US$ 22,31 miliar pada Januari 2023. Komoditas logam mulia dan perhiasan/permata mengalami peningkatan ekspor paling tajam.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan ekspor logam mulia dan perhiasan/permata pada Januari 2023 mengalami peningkatan US$ 257,9 juta atau 46,54% dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan begitu total ekspor komoditas tersebut tercatat sebesar US$ 812,1 juta atau sekitar Rp 12,5 triliun (kurs Rp 15.500).

"Peningkatan ekspor komoditas nonmigas terbesar logam mulia dan perhiasan/permata dengan kode HS 71 mengalami peningkatan US$ 257,9 juta atau naik 46,54%. Secara volume naik 43,70%," kata Habibullah dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Habibullah menyebut negara tujuan utama ekspor logam mulia dan perhiasan/permata yakni Swiss, Singapura, dan Jepang.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas juga terjadi pada komoditas karet dan barang dari karet yang naik US$ 43,7 juta atau 10,61%. Ekspor komoditas tersebut tercatat sebesar US$ 455 juta pada Januari 2023.

ADVERTISEMENT

Kemudian peningkatan terbesar ekspor nonmigas selanjutnya yakni komoditas kapal, perahu, dan struktur terapung yang naik US$ 34,6 juta, ekspor komoditas ampas dan sisa industri makanan naik US$ 24,1 juta, serta ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya naik US$ 23,1 juta.

Di sisi lain, penurunan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada komoditas bahan bakar mineral yang turun 8,19% atau US$ 379,7 juta. Tujuan utama impor komoditas tersebut diketahui berasal dari Tiongkok, Jepang dan India.

"Penurunan ekspor nonmigas terbesar yaitu bahan bakar mineral atau kode HS 27 turun US$ 379,7 juta atau 8,19%. Secara volume turun 7,07%," ujar Habibullah.

Selanjutnya penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada bijih logam, terak dan abu yang turun US$ 342,2 juta, lemak dan minyak hewani/nabati turun US$ 261,1 juta, besi dan baja turun US$ 215,1 juta, serta timah dan barang daripadanya turun US$ 142,1 juta.

(aid/eds)

Hide Ads